#7

1.8K 95 15
                                    


"Nyata nya aku memang bukan lelaki romantis seperti dalam novel."

-Rifqi Alfatih-

****


Liana melirik jam tangan nya berulangkali. Sudah hampir satu jam Liana juga Rifqi berteduh di halte. Sesekali Liana berdecak kesal.

"Bete banget keliatan nya Sa," Ucap Rifqi datar.

Liana menggembungkan pipinya menahan kekesalannya pada Rifqi. Bagaimana tidak kesal jika seharus nya ia saat ini sudah beristirahat dalam kamar indah nya yang bernuansa biru malah berdiri menunggu hujan reda.

Kalau saja Liana tau motor Rifqi akan mogok, ia tak kan mau pulang bersama Rifqi.

Oh ayolah, Liana tak sejahat itu sebenarnya.

Ia hanya kesal dengan betapa tak beruntungnya ia hari ini. Tadi pagi jam doraemon kesayangan nya jatuh, belum lagi rok nya yang di sembunyikan Genta dan di tambah lagi hukuman dari pak Bambang.

Namun itu belum seberapa, lebih parah saat ini. Motor Rifqi yang tiba-tiba saja mogok plus hujan turun secara tiba-tiba pula membasahi seluruh jalanan ibu kota.

Mengingat kejadian hari ini yang menimpa nya, Liana merasa seperti tokoh utama dalam novel. Matanya melirik ke arah Rifqi yang sedang mengacak-acak rambut milik Rifqi yang basah karena kehujanan tadi.

Ah persis seperti cerita dalam novel

Tepat saat Liana masih memandangi Rifqi, cowok itu menolehkan pandangan nya ke arah Liana.

Setdah! Novel beneran ini mah!

Buru-buru Liana membuang pandangan nya ke depan. Apa yang ia pikirkan saat ini? Ah sepertinya ia terlalu banyak membaca novel.

"Sa buruan naik!" Liana tersadar dari lamunan nya. Ia menatap Rifqi yang sudah di ambang pintu bus. Sejak kapan bus sudah di hadapan nya? Kemudian ia menggelengkan kepala nya dan mengangguk pelan.

****

Suasana jalanan kota Jakarta yang tetap saja ramai walau hujan turun membuat Liana semakin bosan. Tidak macet memang tapi entah mengapa Liana merasa bosan. Mungkin karena sedaritadi tak ada pembicaraan yang terjalin di antara Liana juga Rifqi.

Liana menggeserkan sedikit kaca jendela bus. Mencoba untuk merasakan angin di luar sana.

"Uhh dingin." Liana memeluk dirinya sendiri begitu kaca jendela bus tadi berhasil ia geser.

"Lagian kenapa di geser segala sih?" Rifqi menggeser kembali untuk menutup nya.

"Oh iya gue lupa!" Liana terheran melihat Rifqi yang menepuk jidat nya sendiri dan mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Dan seketika Liana tak dapat menahan ekspresi terkejut nya melihat benda apa yang Rifqi keluarkan dari dalam tas nya.

Jaket.

Ah sepertinya Rifqi akan memakaikan nya jaket seperti di novel yang sering ia baca. Liana tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan terjadi. Ia semakin menggesekkan kedua telapak tangan nya. Pandangan nya sengaja ia arah kan keluar jendela bus agar kejadian nanti nya saat Rifqi memakaikan jaket nya pada Liana benar-benar seperti novel yang ia baca.

Sepertinya sudah lima menit Liana merasakan tak ada apa pun yang Rifqi pakaikan ke tubuhnya. Penasaran, Liana melirik ke arah Rifqi.

Astaga!

Liana menggeleng menatap Rifqi tak percaya. "Bener-bener ngga bisa di tebak nih orang! Gua kirain mau pakein gua jaket eh taunya malah pake jaket sendiri. Malah tidur lagi!" Omel Liana.

[BBS #1] Kita Berbeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang