#14

1.2K 74 1
                                    


(Jangan lupa vote sebelum baca :) happy reading guys;))

****

Nggak capek ngurusin hidup orang mulu?

-Maliana Afritesia-


****




Liana memasukkan bukunya kedalam tas dengan terburu-buru. Hari ini ia akan latihan Judo dengan anak ekskul Judo lainnya setelah beberapa hari hanya latihan sendiri.

Saking semangatnya untuk pulang duluan ia bahkan berdiri sebelum guru didepan bangkit. Akhirnya jadi malu sendiri.

"Buru-buru amat Na?"

Liana mengangguk.

"Ada latihan sore ini jadi gue mau buru-buru ngajak Rifqi pulang buat ambil seragam Judo gue."

Viona ber oh ria. Setelah guru sudah keluar kelas, tanpa pamit pada Viona, Liana melengos pergi begitu saja.

Liana menaiki dua anak tangga sekaligus. Beberapa kali menubruk siswa lainnya yang berjalan turun tangga. Ia saja sampai bingung, sebenarnya ia senang karena nanti akan latihan Judo atau karena ia sudah tidak canggung lagi dengan Rifqi.

"Al mana?" Tanyanya pada Lucas saat tiba didepan pintu kelas Rifqi.

"Katanya ke musholla tadi."

Liana mengangguk. Tanpa rasa enggan Liana melangkah masuk kedalam kelas XI IPS 1. Langkahnya langsung membawa dirinya menuju tempat duduk Rifqi. Memutuskan untuk duduk dan menunggu Rifqi saja disini.

"Ngapain sih lo disini?"

Liana membalikkan tubuhnya. Memutar bola mata malas kala melihat Ben dibelakangnya. "Plis deh ya gausa ngajak ribut!"

Ben berdecih. "Siapa juga yang ngajak lo ribut."

"Yaelah Na, Ben mah bukannya ngajak ribut, tapi ngajak pacaran." Sela Kent yang entah sejak kapan berada didekatnya.

Sambil merapikan rambutnya yang basah, Kent menatap Liana.

"Nungguin Rifqi lo? Tumben amat langsung kesini, biasanya juga nunggu dikelas lo." Tanpa menjawab pertanyaan Kent, Liana kembali membalikkan badannya kedepan. Membiarkan Kent menggeram karena diabaikan.

Kent mengelus dada. Mencoba untuk sabar. Baru saja ia beribadah masa sudah mengumpat hanya karena cewek songong yang berwajah sangar berhati hello kitty.

Liana mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja. Sesekali melirik jam didinding. Lama sekali Rifqi, Kent saja sudah kembali kekelas pikirnya.

Untuk menghilangkan rasa suntuk yang luar biasa dan menghilangkan kejenuhannya mendengar obrolan unfaedah dibelakangnya, Liana memilih memainkan ponsel Rifqi yang Liana sudah tebak pasti berada dalam tas ransel milik Rifqi.

Satu kata yang terlintas saat melihat isi ponsel Rifqi, Bosan.

Tidak ada games seperti anak laki-laki biasanya.

[BBS #1] Kita Berbeda Where stories live. Discover now