#25

1.1K 66 1
                                    


Boleh jika aku berharap lebih padamu?

****

Selang beberapa hari, setelah Liana kembali ke sekolah dan memulai latihan intensif, ia memutuskan untuk menjenguk Rifqi sore ini. Sebenarnya sejak Rifqi sudah benar-benar sadar, Liana sudah ingin datang menjenguk. Namun ia memilih untuk latihan dan memberikan waktu pada teman-teman Rifqi untuk menjenguknya.

Lagi pula tinggal beberapa hari lagi ia akan karantina untuk memfokuskan pertandingan yang diadakan minggu depan.

Dengan beberapa buah dikantung plastik ditangannya, Liana berjalan memasuki rumah sakit. Matanya menelusuri setiap sisi dalam rumah sakit. Ada banyak orang berlalu lalang. Liana memikirkan kembali keinginan papanya untuk ia menjadi dokter, sepertinya tidak buruk. Pasalnya setelah melihat Rifqi yang terbaring lemah tanpa ada yang bisa ia lakukan, membuat dirinya ingin menjadi dokter dan menolong orang sakit tidak lah buruk.

Mungkin, ia akan mengikuti satu keinginan papanya itu.

Setelah mengintip sebentar untuk memastikan ia tak mengganggu, Liana menarik knop pintu dan menutupnya kembali.

Sepertinya Rifqi baru selesai melaksanakan ibadah, karena saat Liana masuk, dengan posisi terbaring Rifqi baru saja mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Liana tersenyum bahagia. Tangan Rifqi ternyata sudah bisa digerakkan. Sepertinya ia terlalu lama tak menjenguk Rifqi.

"Inget juga sama gue, kirain lo lupa ingatan," ucap Rifqi pelan.

Lagi-lagi Liana tersenyum. Efek kecelakaan bisa membuat orang jadi sinis begini ya?

"Sibuk latihan. Minggu depan udah tanding lagi. Lo sih kemaren nggak dateng jadi nggak tau kalo gue menang."

Rifqi yang tadinya menatap langit-langit kini berusaha memposisikan kepalanya agar lebih tinggi dan Liana yang mengetahui itu langsung dengan sigap menyusun bantal dibelakang Rifqi untuk sandaran.

"Maaf."

Hanya itu yang bisa Rifqi ucapkan. Matanya menatap lekat Liana yang kini meletakkan buah yang ia bawa di keranjang buah yang berada diatas nakas.

"Untuk apa?" tanya Liana sambil mengambil jeruk dan mengupas kulitnya.

"Ya... gitu."

Rifqi kemudian bersiap membuka mulutnya untuk menerima suapan jeruk dari Liana. Namun nyatanya Liana malah memakan jeruk itu sendiri yang membuat Rifqi akhirnya pura-pura menguap, menahan malu.

"Ngantuk, Al? Perasaan ini masih sore."

"Iya ngantuk, ngantuk banget!" Kesalnya.

Rifqi langsung memejamkan matanya. Mengabaikan Liana yang tertawa. Aneh rasanya. Ia merasa sedikit geli karena bertindak manja seperti bukan dirinya.

Mungkin efek sakit.

"Al?"

"Hmm."

"Al?"

"Hmm?"

Liana mencebik, "Buka dulu matanya, Al. Jangan ditutup mulu kaya hatinya."

[BBS #1] Kita Berbeda Onde histórias criam vida. Descubra agora