#6

1.7K 103 5
                                    


"Ku sayang dia, Rindu dia, tapi dia nya Engga."

-someone-


****


Rifqi memainkan handphone nya di tangan. Setelah makan malam tadi, Rifqi meminta nomor handphone seseorang. Kali ini dia benar-benar bimbang akan menghubungi nya atau tidak.

Setelah sekian menit berpikir akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi seseorang itu. Dengan perasaan cemas ia menekan ikon hijau di layar handphone nya. Menunggu dan...

Tersambung!

Rifqi berjalan mondar-mandir sambil terus menempel kan handphone miliknya di telinga.

"Tak ada jawaban." Rifqi mendengus kecewa.

"Mungkin dia sibuk."

Rifqi menggerakkan tangan nya untuk menjauh kan handphone nya dari telinga kanan nya. Namun, mendekatkan nya kembali.

"Halo?"

Rifqi terpaku. Jantung nya seolah berhenti berdetak. Ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan setelah sekian lama.

"Halo?"

Suara dari seberang sana masih terdengar. Bukan nya menjawab, bibir Rifqi malah bungkam. Hingga seseorang di seberang sana memutuskan sambungan secara sepihak. Rifqi memejamkan matanya, mencoba menjernihkan pikiran nya. Kemudian menekan ikon hijau kembali.

"Halo? Ini siapa?"

"Sa." Suara Rifqi terdengar bergetar. Seseorang di sana seperti nya sama terkejut nya dengan Rifqi.

"Al? Alfatih?"

Rifqi mengangguk tersenyum, walaupun ia tahu seseorang itu tak kan bisa melihat anggukan dan senyuman nya.

****

"Rif beneran gabakal kenapa-kenapa?"

"Gapapa"

Sintya mengangguk pasrah. Ia masih tak percaya dengan Rifqi yang tiba-tiba saja memberi nya tumpangan saat ia berada di halte bus . Jantung nya semakin tak karuan begitu motor Rifqi memasuki area parkiran. Semua mata saat ini seperti nya memandangi ke duanya, namun Rifqi terlihat biasa saja sementara Sintya sudah menunduk tak tahan jika harus di tatap seperti itu.

Rifqi mematikan mesin motor nya, dan Sintya turun. Rifqi turun dan berdiri berhadapan dengan Sintya, namun matanya seolah sedang melihat seseorang. Sintya mengikuti arah pandangan Rifqi.

Liana!!

"Rif nih helm nya!" Sintya mengembalikan helm milik Rifqi. Ia tak mau berurusan dengan Liana, jika sudah berurusan pastinya nanti ia akan menjadi pusat perhatian.

Rifqi yang sempat melirik Liana pun menggeleng pelan. Bodohnya! Kenapa ia tadi membawa Sintya masuk hingga ke parkiran. Saat ini pasti Liana marah besar pada nya.

Tiba-tiba terbesit di pikiran nya apa saja yang akan ia katakan pada Liana.

Apa yang harus ia berikan pada Liana agar ia tak marah lagi?

Atau ia harus mengejar Liana sekarang?

Wait!!

Kenapa Rifqi menjadi takut Liana marah? Bukan kah mereka tak ada hubungan khusus selain sahabat? Ah apa yang ia rasakan saat ini? Kenapa perasaan takut Liana akan marah terlintas di pikiran nya.

[BBS #1] Kita Berbeda Kde žijí příběhy. Začni objevovat