#18

1K 69 2
                                    

Ssttt jangan terbawa emosi, coba untuk tenang. Jangan ditiru adegan kekerasannya ataupun perkataan kasar Liana.

Selamat berdebar,


****

Seharusnya kita tidak pernah menyimpan perasaan lebih.

****

Brakk...

Liana membanting pintu gudang. Ia sudah menahan emosinya sepanjang koridor menuju gudang. Beruntung tak ada yang berani menyapanya. Jika saja ada yang menyapanya tadi, mungkin akan menjadi pelampiasan emosinya.

Liana menatap lekat sosok dihadapannya ini. Terlihat jelas Viona sedang meringis menahan sakit dilengannya akibat tarikan Liana.

"Maksud lo apa?!"

Tanya Liana langsung. Ia cukup muak dengan semua kepalsuan orang-orang disekitarnya. Semua yang berada didekatnya begitu sulit untuk dipercaya. Itulah alasan mengapa Liana malas memiliki teman.

Viona masih memegangi lengannya yang memerah. Tarikan Liana tadi memang terlihat seperti biasa saja, namun ternyata begitu kuat hingga membuat lengan Viona terasa akan patah tulang.

Pandangan Liana melunak. Ditatapnya Viona yang meringis. Kembali mengingatkan kejadian waktu itu. Dimana ia kehilangan kendali. Dan sekarang ia akan mencoba tak mengulangi itu kembali.

Liana mengambil napas dalam dan membuangnya perlahan. Menetralkan emosinya, "Jelasin yang mau lo jelasin."

Mendengar suara Liana yang melunak, Viona mengangkat wajahnya. Menatap Liana yang sekarang berdiri didepannya.

"Ngga ada yang mau gue jelasin."

Viona kembali menatap lengannya. Sementara Liana mencoba untuk lebih menahan emosinya. Bagaimana bisa sosok didepannya ini tak merasa bersalah sedikit pun?

"Hebat! Lo ngga merasa bersalah?" Tanya Liana dingin.

"Atas dasar apa gue harus merasa bersalah?" Jawab Viona tak kalah dingin. Ia sudah tahu jika saat-saat seperti ini akan terjadi. Dan Viona sama sekali tak berpikir untuk mundur. Lagi pula saat seperti ini juga merupakan saat-saat yang paling ia tunggu.

Liana menatap tak percaya sosok Viona. Viona bangkit dan membersihkan roknya.

"Gue sama sekali ngga merasa bersalah, gue cuma kerjakan apa yang disuruh bokap lo."

"Trus kenapa lo mau?!" Tanya Liana dengan suara yang bergetar.

Viona menatap Liana. Kakinya melangkah mendekati posisi Liana, "lo mau tau kenapa gue mau?"

Liana terdiam menunggu jawaban Viona dengan tangan terkepal menahan emosi.

Padahal baru saja ia akan mulai mempercayai orang lain.

Mempercayai Reza,

Viona,

Bahkan orang lain.

Tapi apa yang ia dapatkan? Penghianatan? Sampah!

Viona menatap tepat kemanik mata Liana. "Jawabannya karena gue-benci-sama-lo!" Ucapnya dengan penuh penekanan disetiap kata.

[BBS #1] Kita Berbeda Où les histoires vivent. Découvrez maintenant