ALLEGA PUTRA MAHENDRA

5.3K 160 0
                                    

¤¤¤

"ALKAAAAAAAAAAAAAA jangan lariiiiiiiiiii!!!"

Cewek berambut merah yang sedang berlari itu, dia adalah saudara kembarku, Alleshia. Dan cowok yang sedang dikejarnya, dia adikku, Alka.

Aku tidak tahu apa yang telah Alka perbuat sehingga Alleshia mengejarnya. Dan aku tidak mau tahu, yang penting sekarang aku akan melanjutkan pekerjaanku, membaca novel fantasi. Tuh kan, aku sampai lupa, sampai mana tadi aku membacanya?

"Aduh aduh sakit pih, lepasin, Alle ga salah pih, Alka yang salah."

"Bohong pih, Alle duluan yang cari gara-gara sama Alka"

"Sudah diam!! Kalian ini, ribuuuuuuuuuttt mulu. Coba dong lihat kakak kalian, santai baca buku, jangan ribut mulu kaya tom and jerry."

Mendengar keributan itu semakin mendekat, aku menatap ke arah depan. Papih, Alleshia dan Alka, sejak kapan mereka ada di sini?

"Tapi kan yang dibaca sama Lega itu novel pih, bukan pelajaran."
Nah loh, kenapa aku dibawa-bawa?

"Itu lebih baik dari pada kalian yang setiap harinya terus ribut kaya kucing sama anjing, tau?"

"Sebenarnya ada apa ini pih? Kok Alle sama Alka dijewer?" Tanyaku.

Aku melihat raut wajah Alleshia dan Alka yang shock. Aku jadi makin penasaran. Tadi kan mereka kejar-kejaran, terus lari ke luar, terus papih dateng sambil ngejewer telinga mereka. Apa yang terjadi sebenernya? Kok perasaan aku ga enak ya?

"Tanaman kamu hancur berantakan gara-gara mereka."

"APA?! TANAMANKU HANCUR?!?!"
Buku yang berada di tanganku terjatuh. Dan aku langsung lari keluar rumah. Tanaman yang susah payah selama ini aku rawat, kini sudah tak berbentuk, bagaimana bisa? Mamih, maafin aku karena ga bisa merawat taman kita.

Aku segera menyelamatkan tanaman yang sekiranya masih bisa diselamatkan. Lalu setelah itu aku masuk ke dalam rumah dan langsung ke kamar. Aku tidak mau berbicara dengan siapapun saat ini, terutama dengan Alle dan Alka. Mereka sudah tega menghancurkan tamanku dan juga mamih. Coba mamih masih ada di sini, beliau juga pasti akan marah, sama seperti ku. Pokoknya, aku tidak akan memaafkan mereka sebelum mereka memperbaiki tamanku dan mengganti tanamannya dengan tanaman yang baru. Titik.

¤¤¤

Aku masih berada di dalam kamarku, untuk sekedar mengurung diri karena aku sedang mogok bicara sejak tadi sore.

Suara ketukan pintu sudah berulang kali aku dengar. Mulai dari bi Asri, Alle, Alka, bahkan sampai papih pun ikut mengetuk pintu kamarku untuk membujukku makan malam. Aku tidak mungkin keluar, tapi... aku juga lapar. Jika aku keluar, sudah pasti aku akan bertemu dengan Alle dan Alka, aku kan sedang mogok bicara dengan mereka. Aku masih marah pada mereka. Tapi jika aku tetap mengurung diri di kamar dan membiarkan rasa lapar menghantui tanpa mau mengisi perutku dengan makanan, nanti aku akan sakit, dan jika aku sakit, papih yang akan kerepotan mengurusku. Lalu aku harus bagaimana?

Apa aku harus menunggu hingga Alle dan Alka tertidur baru aku keluar mencari makanan? Ah ide yang bagus, Lega kamu memang pintar.

¤¤¤

Waktu sudah menunjukkan waktu pukul 11 malam, mereka pasti sudah tertidur.

Kruyukkk
Dengarlah, betapa berisiknya pasukan demo yang berada dalan perutku. Mereka terus saja berteriak meminta jatah. Oh ya ampun, aku sudah tidak kuat lagi menahan lapar.

Aku pun keluar dari kamar, tapi sebelum itu aku harus memastikan keadaan aman. Aku membuka pintu kamar sebelah kamarku, kamar Alle.
Ku buka pintu perlahan, dan kulihat dua orang sedang tertidur pulas di atas tempat tidur queen size nya.
"Ah syukurlah Alle sudah tidur, Alka juga sudah tidur di kamar Alle, jadi aku tidak perlu memastikan ke kamarnya Alka. Aku sudah sangat lapar, sebaiknya aku cepat."

Aku menutup kembali pintu kamar tersebut dan secepat kilat aku harus sudah berada di dapur untuk mencari makanan.

Setibanya di dapur, Aku langsung mencari makanan. Di rak lemari semuanya aku cari dan aku tidak mendapatkan makanan sedikitpun.
"Apa mereka tega menghabiskan jatah makan malamku?"

Lalu aku teringat lemari es dan aku langsung membukanya. Hah syukurlah, masih ada sisa camilanku bekas tadi siang. Lumayan lah, daripada perutku ini tidak dapat asupan sama sekali.

¤¤¤

"Pih, semalem Alle lihat ada kucing masuk dapur kita loh."

"Masa sih?"

"Iya pih, Alka juga lihat. Mana kucingnya gede banget lagi. Iya kan Le?"

"Iya Ka, udah gitu kucingnya bisa buka kulkas lagi, mungkin kucingnya kelaperan kali pih."

Aku tau mereka meledekku, tapi ya sudah lah aku tidak ingin membuat masalah pagi-pagi. Lebih baik aku sarapan dengan tenang tanpa harus memikirkan apa yang mereka ucapkan.

"Lega, kenapa semalem kamu tidak mau keluar kamar?"
Ah papi, kenapa harus ditanyain sih?

"Gapapa kok pih."

"Ga, aku minta maaf ya karena kemarin aku udah buat rusak taman kamu. Maaf ya, janji deh nanti aku bakal ganti semua tanaman kamu yang rusak."

"Aku juga minta maaf ka Lega, aku juga janji nanti akan rapihin lagi taman kakak. Aku janji, maafin kami ya kak"

Aku menghiraukan semua perkataan mereka. Aku terus melanjutkan sarapanku.

"Allega plisss maafin kami."
Aku melihat Alle yang menatapku sambil memohon.

"Aku tidak butuh janji, aku ingin bukti." Kataku sebelum aku pergi menuju mobil lebih dulu.

¤¤¤

Aku bersekolah di SMA Tunas Bangsa, salah satu sekolah swasta yang terkenal dengan murid-muridnya yang berasal dari kalangan atas. Tapi bukan hanya itu, sekolah ini juga terkenal dengan murid-muridnya yang berprestasi dan terbukti telah memenangkan juara-juara dalam perlombaan tingkat kabupaten hingga provinsi.

Setiap hari papih selalu mengantar kami bertiga. Iya kami, aku, Alleshia dan Alka. Kami sekolah di tempat yang sama. Aku dan Alle berada di kelas yang sama, kelas XII IPA 1. Sementara Alka di kelas XI IPS 1. Dia seharusnya masih berada di kelas X sekarang, tapi karena waktu smp dia mengikuti kelas akselerasi, jadilah sekarang Alka kelas XI.

"Lega!!! Tungguin aku!!" Sejak turun dari mobil, aku langsung jalan cepat menuju kelas. Membiarkan Alle berteriak keras jauh di belakangku. Aku tetap akan mogok bicara dengan Alle dan Alka hingga taman aku dan mamih kembali seperti semula.

"Awaaaaasssssss minggiiiiiiiirrrrrr"
Seorang cewek berlari sangat kencang menuju ke tempat aku berdiri, otomatis aku menghindar dan

BRUKKK
"Aaaawwww"

Aku menatap cewek yang tadi berlari, dia terjatuh di depanku dengan bokong yang membentur lantai dengan sangat keras. Aku meringis. Itu pasti sakit.

Cewek itu berdiri dengan susah payah dan juga nahan sakit pastinya.
"Lo gapapa?"

Dia nanya ke aku? Seharusnya aku yang nanya ke dia. Aneh.

Aku memperhatikan penampilannya, rok span satu jengkal di atas lutut, baju seragamnya tidak dimasukkan, rambut pirangnya acak-acakan, sepatu conversnya warna putih ga menuruti aturan, kaos kaki belang-belang dan dia juga pake banyak banget gelang. Oke fix, cewek yang ada di depanku saat ini merupakan salah satu dari sekian banyak cewek yang aku benci. Bad girl, aku tidak suka.

"Shanin, kenapa lo gagalin rencana kita?"
Dia Rio, sang troublemaker sekolah, hobinya bikin rusuh dan ngejahilin orang lain.

"Yang ada gue yang nanya sama lo. Ngapain lo naro cairan sabun di lantai ini? Lo kan tau itu licin? Oh atau lo sengaja mau ngerjain dia, iya?"

Dari pada aku terus mendengarkan pertengkaran mereka, lebih baik aku segera ke kelas. Sebentar lagi bel dan aku tidak mau terlambat.






¤¤¤
Tbc
-
-
-
-
Happy reading and don't forget to voment gaezz😉
♡AshfAdya♡

My Pretty Boy✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora