AMNESIA?

1.1K 51 0
                                    

¤¤¤

"Duh yang baru pulang ngedate mah beda ya, senyum-senyum mulu. Hati-hati nanti disangka orang gila."

Aku langsung merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur. Melihat Alleshia yang sedang berbaring dengan laptop yang terbuka di hadapannya, aku sudah tidak kaget lagi. Entah seberapa sering Alleshia memasuki kamarku tanpa ijin, atau bahkan dia sudah menganggap kalau kamarku adalah kamarnya juga. Aku sudah tidak memikirkan hal seperti itu lagi sekarang, karena yang ada dalam pikiranku sedari tadi adalah Shanin.

Iya Shanin

Bagaimana mata hijaunya itu berbinar bahagia atas apa yang aku berikan tadi. Rasanya aku tidak ingin waktu berlalu secepat itu, tapi biar bagaimana pun waktu tetaplah waktu, berlalu dan membunuh setiap kejadian entah kejadian senang atau bahkan sedih.

Aku terus memperhatikan wajahnya yang dihiasi senyum manis di sepanjang perjalanan pulang tadi. Seperti tidak ada beban saat dia tersenyum, bebas. Namun pada kenyataannya, dia menanggung beban yang sangat berat.

"Nah kan, jangan senyum-senyum gitu lah, Ga. Ngeri gue jadinya."

Aku melirik Alleshia sekilas sebelum memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

"Papiiiiiihhhh Lega kesambet jin tomang!!!"

¤¤¤

Pagi ini aku terbangun karena suara handphone ku yang berbunyi sedari tadi. Sejujurnya aku malas mengangkat telfon tersebut. Namun saat aku melihat siapa nama yang tertera di layar, aku segera bangun dan duduk di tepian tempat tidur. Entah ke mana perginya rasa kantuk itu setelah melihat nama Shanin di layar handphone ku.

Shanin's calling..

"Hal-"

"Allegaaaaaaaa gue seneng banget hari iniiii. Dan lo tau apa yang buat gue sebahagia ini pagi-pagi????"

Aku tersenyum saat mendengar bahwa Shanin bahagia. Aku tidak tahu apa yang membuat Shanin sebahagia dan se-excited itu menelponku sepagi ini. Iya pagi, jarum jam baru saja menunjukkan pukul 5.24 am.

"Memangnya apa?"

"Elang udah sadar, Le. Elang sadar!! Ya Tuhan, gue seneng banget!!"

Syukurlah jika Elang sudah sadar. Itu artinya, Shanin tidak akan sedih lagi memikirkan bagaimana kondisi Elang yang koma.

"Syukurlah, kalau begitu sebentar lagi aku akan ke sana. Tunggu aku ya."

"Iya Le, pasti gue tunggu. Oh Thanks God."

Sambungan pun diputuskan dan aku segera pergi ke kamar mandi kemudian bersiap untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Elang.

¤¤¤

Setelah mendapatkan kabar bahwa Elang sudah sadar, aku dan Alleshia pergi ke rumah sakit. Papih tidak bisa ikut karena ada pekerjaan kantor yang memang tidak bisa ditinggalkan, sementara Alka tidak bisa ikut karena ada turnamen basket di sekolah tetangga. Seharusnya Alleshia juga ikut turnamen tersebut, tetapi dia lebih memilih menemaniku untuk menjenguk Elang.

Sama seperti Shanin yang sangat menyayangi Elang, aku pun begitu. Aku sangat menyayangi saudara kembarku ini, begitu pula sebaliknya. Kami ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

"Syukur deh kalo Elang udah sadar. Lagian kalo dia terus-terusan koma, kasihan Shanin." Aku mengangguk setuju dengan perkataan Alleshia.

Dan di sinilah kami sekarang. Rumah sakit.

"Ga, lo duluan aja ke ruangannya Elang, gue mau beli makanan dulu buat kita sarapan." Aku mengangguk kemudian melanjutkan langkahku hingga tiba di depan ruangan Elang. Di sana ada Shanin, Rio, Adnan, Evania, satu pria paruh baya dan juga satu orang wanita di sampingnya.

My Pretty Boy✔Where stories live. Discover now