JELOUS

1.4K 75 1
                                    

Semakin aku menyangkalnya, perasaan itu semakin terlihat jelas. Benar, aku mencintainya.
-Allega Putra Mahendra-

Melihat air mata yang mengalir di pipinya, hatiku teriris. Ingin rasanya aku merengkuh tubuh kecilnya. Namun keinginan itu lenyap saat seseorang datang dan langsung mendekapnya.

Lagi, aku merasakan sakit itu.

"Kenapa takdir sekejam ini, Yo?"

Suaranya terdengar sangat pilu. Dari pertanyaannya aku berpikir, memang benar, kenapa takdir harus sekejam itu? Belum kering tanah makam bundanya, kini Shanin sudah harus menerima kenyataan bahwa kakaknya koma? Rasanya ini sangat tidak adil untuknya.

Bagaimana jika takdir seperti itu datang menghampiriku? Akankah aku bisa menghadapinya? Rasanya tidak. Kehilangan mamih saja rasanya sebagian duniaku menghilang. Aku tidak sanggup jika harus merasakan kehilangan lagi.
Ku harap jangan, meski aku tahu bahwa kehilangan adalah sesuatu yang pasti.

"Gue ga punya siapa-siapa lagi selain Elang, Yo."

"Lo masih punya gue, Shan."

Refleks aku memegang dadaku yang semakin lama semakin sesak melihat mereka berpelukan.

Tidakkah Shanin tahu? Dia juga masih punya aku. Tentu saja sebagai temannya yang selalu siap jika dirinya membutuhkan seseorang untuk bersandar.

Daripada rasa sakit ini semakin menjadi, lebih baik aku keluar dari ruangan ini. Aku masih sayang hidupku. Aku tidak ingin mati menahan sesak hanya karena aku cemburu melihat Shanin berpelukan dengan Rio.

Hah apa tadi aku bilang? Cemburu? Sepertinya aku sudah tidak waras? Mana mungkin aku cemburu pada Rio? Memangnya Shanin siapanya aku? Bukankah dia hanya seorang teman bagiku?

"Kak, daritadi megangin terus dada? Kak Lega sakit lagi? Kota periksa ke dokter ya."

Aku melihat ke arah Alka yang sudah berada di sampingku. Memangnya sejak kapan Alka di sini?

"Tidak. Ayo keluar, di sini udaranya panas. Sesak jadinya." Aku melenggang pergi meninggalkan dua sejoli yang tidak berniat melepaskan diri satu sama lain. Huh dipikir ini sinetron apa ya?

¤¤¤

Hari ini weekend, sekolah pun libur. Yang biasanya aku hanya menghabiskan hari liburku di rumah, atau pun terkadang di toko buku, namun kini aku sudah bersiap untuk pergi ke Rumah Sakit. Tujuanku hanya satu, menemani Shanin.

"Lo mau ke mana pagi-pagi buta gini?"

Aku melihat Alleshia yang baru membuka matanya dari cermin yang ada di hadapanku, kemudian berbalik dan tersenyum.

"Ke Rumah Sakit."

Matanya sukses membulat. Aku ingin tertawa saat itu juga. Alleshia sangat lucu jika ekspresinya seperti itu. Lihatlah, matanya bulat, mulut terbuka, dan rambut merahnya yang acak-acakan. Dia persis terlihat seperti singa betina yang baru saja bangun tidur.

"Oke fix lo udah gila, Ga. Lo ga liat ini masih jam 5 subuh?"

"Emang apa salahnya kalo pergi ke Rumah Sakit jam segini, Alle? Rumah Sakit kan bukanya 24 jam."

Alleshia menyipitkan matanya dan dia beranjak dari tempat tidur hanya untuk menatapku dari dekat. Refleks aku memundurkan wajahku saat Alleshia menatapku dengan jarak yang sangat dekat.

My Pretty Boy✔Where stories live. Discover now