REASON?

1.2K 62 3
                                    

¤¤¤

Jatuh cinta aja bisa tanpa alasan, tapi kenapa putus ga bisa juga tanpa alasan?
-Shanin Ananda-

"

Gue tau kalo lo akan kabulin keinginan gue ini kan, Shan?"

Bayangan saat Elang mengatakan kalimat itu selalu aja menuhin isi kepala gue. Ditambah fakta tentang Elang yang baru aja gue ketahui.

Kanker stadium akhir? Permintaan terakhir?

FOR GOD SAKE!!!! KILL ME RIGHT NOW!!!

Rasanya gue ga bisa terima kenyataan itu!! Ga bisa dan ga akan pernah bisa!!

Tuhan? Tidak cukupkah engkau merebut bunda dariku? Tidak cukupkah hanya membuat Elang menderita karena koma? Haruskah aku merasakan sakitnya kehilangan orang yang aku sayang, lagi? Tidak cukupkah penderitaan yang aku jalani selama ini?

Gue bahkan ga tau sejak kapan Elang menderita penyakit mematikan itu. Elang ga pernah cerita apapun ke gue tentang penyakitnya itu.

"Dokter bilang sel kanker yang ada di tubuh gue udah menyebar, dan udah mencapai stadium akhir sekarang. Kemungkinan gue hidup lebih lama itu semakin kecil, Shan."

Gue selalu menangis saat inget perkataan Elang tentang penyakitnya.
Bagaimana bisa Elang menyembunyikan hal separah ini dari gue?! Dan dia baru bilang kemarin? Di saat waktu yang dia punya hanya tinggal tiga bulan menurut perkiraan dokter?

"Gue cuma mau keliatan kuat di depan lo, Shan. Gue mau jadi kakak yang kuat yang bisa ngelindungin lo. Bukan kakak penyakitan yang ga bisa berbuat apa-apa buat adik kesayangannya. Gue sayang banget sama lo, Shan."

Justru dengan begitu lo malah membuat gue kelihatan kaya adik yang jahat, Lang. Mana ada seorang adik yang ga tau kalau kakaknya ini punya penyakit separah ini?

"Mau sampai kapan lo ngurung diri di sini?"

Tanpa menoleh pun gue udah hatam suara siapa itu. Rio, memangnya siapa lagi? Secara sekarang ini gue lagi ada di rumahnya.

Kalian pasti bingung kenapa gue bisa ada di rumah Rio sekarang. Ya kan?

Entahlah, gue juga bingung. Semenjak keluar dari ruangan Elang, pikiran gue bilang kalau gue harus ikut dengan Rio untuk pulang ke rumahnya. Selain untuk ngebicarain soal permintaan Elang waktu di rumah sakit, sepertinya emang ini keputusan yang terbaik buat gue. Karena kalau gue ga ikut Rio pulang ke rumahnya, gue bahkan ga yakin kalau sekarang gue masih napas.

"Mau seberapa banyak lagi batang rokok yang bakal lo habisin? Percuma Shan, ngerokok ga bakal buat semuanya kembali seperti semula."

Gue meremas sebatang rokok yang ada di jari tangan gue. Ga peduli dengan api rokok yang masih menyala yang mengenai telapak tangan gue.

Rio melepaskan kepalan tangan gue yang ada rokok menyala di dalamnya lalu membuangnya jauh-jauh.
"Lo gila ya?! Lo lukain tangan lo sendiri, Shanin!!"

Rio berlari entah ke mana dan ga lama kemudian dia kembali sambil membawa baskom yang gue yakin isinya itu air. Dan Rio langsung mengambil tangan gue yang terluka lalu memasukkannya ke dalam baskom yang ternyata berisi air dingin.

Nyesss
Perih

"Jangan bodoh dengan ngelukai diri sendiri, Shan. Liat kan sekarang, telapak tangan lo luka."

Tapi luka itu ga sebesar dan ga sesakit luka yang ada di hati gue, Rio.

Rio kembali berlari dan kini dia kembali dengan membawa kotak p3k di tangannya.

My Pretty Boy✔Where stories live. Discover now