10. kemon kita pergi

14.9K 1.9K 517
                                    

Buat yg kemarin kesel sama Emir silek, nihh aku tampilin mulmednya yg bikin gemes ngeremes emes 😍😍

Emir POV

Aku melirik jam tanganku, sudah hampir pukul 8 pagi, tapi Laras tidak menjawab panggilan telepon ku melalui aiphone.

Apa dia tidak datang lagi ya?

Aku berjalan mondar-mandir di dalam ruanganku dengan gelisah.

Ck, kenapa jadi begini sih? Berawal dari merah bibirnya yang bikin aku tidak bisa tidur malam harinya dan perkataan Dimas yang selalu terngiang-ngiang di benakku, dasar bocah sialan, lalu percobaan pembalasanku yang selalu gagal berkali-kali, membuatku melunak.

Hasrat untuk membalas dendam pun menguap jadi tidak bernafsu lagi untuk membuatnya merasakan pahitnya pembalasaan seorang Emir.

Perasaan bersalah yang semakin kurasakan begitu tersadar karena tindakanku terlalu berlebihan, dan mengingat wajahnya yang pias ketika mendengar perkataanku mengusir dirinya membuatku memikirkan ulang tindakanku beberapa hari belakangan ini kepadanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan usaha membalas dendam kepadanya.

Seperti yang Laras katakan, seharusnya aku bersikap lebih dewasa menerima permintaan maafnya, menghela nafas, merenung berhari-hari, rasa-rasanya aku tidaklah berbakat untuk menjadi pem-bully.

Sungguh, cara hidup seperti ini bukanlah cara hidupku sebenarnya, aku bukanlah seorang yang kejam ataupun pendendam, hanya saja ketika bertemu lagi dengannya, dengan orang yang menyiksaku dulu, sisi lain yang sebenarnya tidak pernah kumiliki keluar dengan sendirinya.

Aku kembali melirik jam tanganku, sudah pukul 8 lewat, lebih baik aku mengecek kubikel Laras secara langsung, dengan cepat aku berjalan membuka pintu ruanganku.

Senyuman ku mengembang melihat Laras yang baru saja duduk di kursinya dan sedang bercakap-cakap dengan Wanti, wajahnya kulihat segar, rambutnya di kuncir kuda.

Terlihat imut.

Laras berdeham ketika melihatku mendekat.

Wanti memutar tubuhnya sedikit ke belakang dan aku mengangguk ke arahnya.

"Larasnya udah masuk Pak, gak jadi cari orang lagi kan? Hehehe"

Aku tersenyum mendengar perkataan Wanti.

Wanti menyenggol lengan Laras sambil berbisik.

Aku berdeham. Entah apa yang dikatakan Wanti, Laras terlihat salah tingkah.

"Ras, ke ruangan saya" Kataku dengan suara sedikit serak.

Laras hanya mengangguk, wajahnya kulihat memerah sambil menepis tangan Wanti yang terkekeh.

Aku memasuki ruangan di ikuti Laras.

"Maaf Pak, tadi saya ke ruangan HRD dulu, Wanti bilang aiphone saya berbunyi berkali-kali, bapak nelpon saya?" Tanyanya.

Aku mendongak menatapnya karena Laras yang berdiri di depan mejaku.

"Sudah selesai urusannya dengan HRD?" Tanyaku.

Laras mengangguk.

"Maaf Pak, seharusnya saya dikenakan surat peringatan karena 4 hari..."

"Udah, gak usah dipermasalahkan, yang penting kamu udah kembali" Kataku sambil tersenyum.

Laras mengangguk canggung.

"Ada yang bisa saya kerjakan Pak?" Tanyanya kemudian.

Aku mengangsurkan setumpuk map ke depan mejaku.

you againWhere stories live. Discover now