17. tiga point

14.8K 1.7K 339
                                    

Elahhh Mir, muka dikondisikan ngapa, ampe ngeces pula 😅😂
Ngomong2 klo diperhatiin, eta muka sama leher warnanya kok beda ya Mir? Make cream malamnya ya musti ke leher2 juga lah, biar gak belang gitu 😂😂🚶🚶🏃🏃🏃

Emir POV

"Kamu tadi ngomong apa ke tante Laras?" Tanyaku ketika aku dan Dimas berada di salah satu cafe untuk makan siang yang telat. Telat karena aku baru sempat makan pada jam 3 sore ini.

"I told her beautiful" Jawab Dimas singkat.

Aku mencondongkan tubuhku ke depan.

"Cuma itu? Dan bisa bikin tante Laras sampe blushing?" Tanyaku tidak percaya.

Eh tapi memang Laras kan gampang blushing ya, aku godain aja mukanya bisa langsung semerah kepiting rebus, menggiurkan untuk dimakan.

Dimas mengangguk.

"Yep, cuma itu" Jawabnya.

Aku mengusap-usap rahangku.

"Masa cuma itu?" Tanyaku lagi masih belum percaya.

"I also said, she smells good .... Beautiful and smells good" Dimas menyeruput oreo milkshake pesanannya dan kembali menunduk menekuri layar handphonenya.

"Smells good? Memangnya kamu ngendusin Laras?" Tanyaku dengan mata melotot.

"Om, chill out, santai om, tante Laras memang wangi, jarak radius 10 meter aja Dimas bisa cium aroma wanginya"

Aku menjitak kepalanya Dimas pelan. Dengan merengut kesal Dimas menepis tanganku.

Bocah ini, bisa-bisanya berkata demikian.

Bisa di lihat kan? Mana ada omongan bocah berumur 13 tahun seperti layaknya omongan pria dewasa.

Dimas berdecak sambil menegakkan punggungnya.

"Om, perempuan itu sukanya di puji, Dimas sih bukan sekedar memuji tante Laras, tapi memang kenyataan kalau dia itu cantik dan wangi" Dimas mengedipkan sebelah matanya.

Aku mendengus mendengar perkataannya.

"Kamu itu ingat gak sih umurnya berapa?" Tanyaku.

Dimas menopang dagunya sambil meletakkan handphonenya ke atas meja.

"Memangnya kenapa dengan umur Dimas om?" Tanyanya dengan muka polos.

"Kamu itu masih bocah, umur 13 tahun, dan menggoda perempuan dewasa, kamu belum cukup umur" Kataku dengan mata mendelik.

Dengan tenang Dimas kembali menyeruput minumannya.

"Om sendiri sadar ga udah minta tolong ke anak bocah umur 13 tahun buat menggaet perempuan sukaan om itu?"

Perkataannya membuatku terdiam lalu nyengir sambil memperlihatkan jariku membentuk huruf "V" ke arahnya.

Mati kutu.

°°°

Entah apa yang aku pikirkan ketika melajukan mobilku setelah mengantarkan Dimas kembali pulang ke rumahnya, mobilku memasuki pelataran parkiran basement apartment Laras.

Dan di sinilah aku, berdiri di depan pintu apartmentnya Laras, meringis menatapi daun pintu yang bergeming, kokoh.

Ragu, tanganku kembali turun, niat untuk mengetuk pintunya aku urungkan.

Aku memutar tubuhku lalu melangkah berjalan meninggalkan unit apartment Laras.

Pikiranku kacau, untuk apa aku datang ke sini?

you againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang