12. montoeqquee

16.8K 1.8K 392
                                    

Bang Emir silek, pentilnya kliatan tuh, gak make Buste Hounder alias BH alias kutang alisnya bagus deh bang 😅😆

Laras POV

Tidur bersender di lengan orang memang belum pernah aku rasakan, sekalinya merasakan, lah iya kenapa senderan di lengan si Emir silek.

Ku akui ternyata nyaman ya tidur bersender di lengan orang lain, tapi kenapa harus di lengannya Emir silek ituuuuu???

Merasa tidak rela sekali kepalaku menempel nyaman di lengannya.

Berharap kejadian di mimpi pun aku tidak mau, tapi...arggh... Ini malah kejadian nyata.

Masih curiga nih kenapa posisi tidurku bisa berubah. Aku yakin pasti ada samtinglong hepen deh.

Eh, kok jadi ketuleran Emir ya? Batinku sambil menggaruk-garuk rambutku.

Aku mengamati punggung Emir dari belakang ketika kami berjalan menuju pintu keluar bandara untuk mencari taksi.

Punggung dan lengannya yang berotot dengan tonjolan otot trisep dan bisepnya itu pasti menjadi inceran banyak perempuan untuk merasakan bersender di lengannya.

Lihat aja sekarang, Emir silek itu bagaikan pusat perhatian di koridor kedatangan bandara Adi Soemarmo ini. Tubuhnya yang tinggi menjulang di antara penumpang-penumpang yang baru saja keluar sangatlah mencolok.

Apalagi warna kulitnya yang tidak terlalu gelap untuk ukuran orang Asia, pasti gen bapaknya yang Brazil itu lebih dominan. Warna rambutnya saja yang hitam, dan oh iya, warna bola matanya juga gelap. Terus matanya yang berubah menjadi garis lurus apabila sedang tersenyum ataupun tertawa, menjadi daya tarik tersendiri.

Lho ini kenapa aku jadi pengamat fisiknya Emir silek itu sih.

"Jalannya cepetan Ras" Emir berhenti melangkah dan mengulurkan tangannya ke arahku.

Dih, minta bergandengan?

Aku mengacuhkan uluran tangannya dan berdiri di sampingnya.

Emang gue nenek-nenek, jalan musti digandeng?

Emang gue truck, musti ada gandengannya.

Emang gue.... uhuhuhu iya gue emang jomblo, tapi gak harus digandeng sama Emir silek ini juga sih.

Lagi-lagi aku membatin, kenapa harus Emir silek ini.

Aku membuang muka sambil menutupi kepalaku dengan telapak tanganku, pagi hari ini sangat cerah.

Enak cari pantai, berjemur di Bali bukannya ke Solo. Ada apa dengan Solo sih? Oh iya ada pabrik yang harus di kunjungi. Pabrik cireng kalau kata Emir.

Aku nyengir-nyengir karena pikiranku yang kembali bernarasi sendiri.

Sampai tidak sadar sebuah topi menutupi kepalaku.

Aku menoleh ke samping lalu menatap ke atas melihat topi yang bertenger di kepalaku.

"Pake topi aku kalo kepanasan" Emir tersenyum ke arahku.

Aku menelan ludahku.

Sepertinya niatku untuk menampar pipinya kembali harus benar-benar terlaksana.

Kenapa kelakuannya jadi sok sweet begini sih.

Memang kami sudah saling memaafkan untuk tidak saling membalas bully membully dan melupakan masa lalu, tapi menerima perlakuannya seperti ini?

Aku bergidik.

Terus melewatkan momen ngeliatin kamu tidur bersender di lengan saya?

you againWhere stories live. Discover now