13. penolakan?

15.4K 1.8K 486
                                    

Kali ini jadi endorse cukuran bulu keti ya Mir? Ehhh 😂😂
Maaf Mir, eike ga bisa bedain cukuran bulu keti sama jenggot, malah fokus ma bacaan di karet boxernya, merknya sudrajat yakkk

Pasti pada balik ngezoom 😆😂🏃🏃🏃

Emir POV

Meminta Laras untuk menjadi sekretaris merangkap penterjemahku, rasanya untuk kunjungan kali ini tidaklah berjalan.

Sudah sejam lewat, kulihat Laras meringkuk nyaman bergelung di atas sofa.

Mau membangunkannya rasanya tidak tega, entah apa yang dilakukannya semalam, apa Laras tidak tidur sampai seharian ini mengantuk.

Aku tersenyum menunduk menatap ke layar handphoneku, melihat lagi photo-photo yang berhasil aku ambil ketika dirinya tertidur di pesawat.

Sangking pulasnya Laras tertidur, dia tidak menyadari dan tidak terbangun ketika aku memutar tubuhnya menghadap diriku dan meletakkan kepalanya bersender di lenganku.

Laras malah mendekap lenganku dan mencari posisi yang lebih nyaman. Membuat jantungku berdegup kencang.

Di beberapa photo yang ku ambil tampak aku menciumi puncak kepalanya, ada pose kami dengan pipi menempel, dan tanganku yang merangkul pundaknya.

Laras benar-benar pulas seperti terkena bius total.

Kenyalan sesuatu kurasakan menempel di lenganku. Membuatku berjengit kaget mendapati Anastasia yang tiba-tiba berada di sampingku.

"Kamu photo-photo sama sekretarismu itu, dia segitu specialnya ya?"

Suara Anastasia begitu dekat ku dengar, aku hanya menoleh sedikit ke arah kanan, kalau tidak wajah kami sudah menempel dengan bibirku yang mendarat di pipinya.

Aku bergerak menjauh dengan menyenderkan punggungku ke belakang kursi ruang meeting.

Tersenyum kecut lalu mengaktifkan mode "sleep" handphoneku dan memasukkannya ke dalam kantung celana jeans ku.

"Jadi bagaimana, sudah jadi surat penawaran harganya?" Tanyaku sambil memainkan pulpen di tanganku.

Mengalihkan pembicaraan.

Anastasia tersenyum.

"Aku heran sama kamu mas, kenapa tidak berminat denganku" Anastasia kembali mencondongkan tubuhnya ke arahku.

Antara wajah dengan payudaranya, justru lebih condong tonjolan payudaranya yang mengenai lenganku.

Aku menggeleng pelan.

"Wi ar bisnis parner" Kataku dan menggeser kursiku ke samping.

Perempuan cantik di sampingku ini bergerak menghadap diriku.

Rok selututnya terangkat sampai ke paha, memperlihatkan kulitnya yang putih mulus.

Aku mendengus.

"Iya, kita memang partner dalam pekerjaan mas, tapi dari dulu kenapa kamu selalu menghindariku? Padahal aku sudah memperlihatkan ketertarikanku terang-terangan kepadamu" Katanya dengan suara mendesah.

Aku menggelengkan kepalaku.

Ini nih, tipe perempuan yang selalu aku hindari.

Kalau lelaki kebanyakan justru senang mendengar suara desahan yang membangkitkan gairah mereka, dan sudah pasti senang apabila menerima godaan dari perempuan cantik seperti Anastasia ini, tetapi tidak berlaku untukku.

you againWhere stories live. Discover now