11. senderan

15.3K 1.8K 575
                                    

Bang, senyum mulu, jadi endorse pasta gigi yakkk 😆😂

Laras POV

Aku melirik pria yang terlihat segar yang berjalan di depanku sambil sesekali menoleh ke arahku, padahal ini subuh-subuh lho, aku saja sudah berkali-kali menguap menahan kantuk yang kembali datang.

Tapi pria itu seakan tidak mengenal waktu, wajahnya cerah secerah orang yang baru menerima bonus tahunan yang di beri 3 minggu sebelum waktunya.

Emir tampak berbeda pagi ini, biasanya aku selalu melihatnya memakai kemeja dan semi jas dengan celana bahan, tapi kali ini dia memakai kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana jeans, tampak begitu santai.

Dan terlihat muda.

Ck, sepertinya rasa kantukku ini membuat mataku salah menilai penampilannya.

Dengan gontai aku mengikuti langkahnya dari belakang.

Emir hanya membawa ransel berukuran sedang, dan aku hanya membawa ransel kecil berlogokan binatang yang sedang berlari keluaran German.

Sekali lagi aku menguap dengan mata terpejam, meruntuk karena menabrak punggung Emir yang mendadak berhenti.

Aku melongokkan kepalaku ke depan, Emir menoleh ke samping, dirinya berbicara dengan seseorang.

Sayup-sayup ku dengar suaranya berbicara memakai bahasa seperti percakapan dari telenovela yang sering aku tonton zaman aku kecil dulu.

"¿cómo estás? Voy a Solo, oh, ella es mi novia"

*Apa kabar? Saya mau ke Solo, oh ini kenalin, kekasih saya

Emir menarik pundakku ke depan dengan lembut sambil nyengir.

"Bella!!" Pria paruh baya itu merentangkan kedua tangannya lalu memeluk tubuhku.

*Beautiful = cantik

"Bukan, bukan, saya Laras, bukan Bella" Kataku setelah dirinya melonggarkan pelukannya dengan mata mengerjap, hilang sudah rasa kantukku menerima pelukan tiba-tiba dari orang yang tidak ku kenal.

Emir tertawa.

"Pak bilangin, saya Laras bukan Bella" Kataku sambil menyenggol lengannya.

"Ella es hermosa. ¿A dónde vas?" Emir kembali berkata-kata.

*Dia memang cantik. Anda mau kemana?

Ck, tadi Bella, sekarang Ella, serahlah asal jangan umbrella aja, batinku.

Aku berjalan ke arah bangku membiarkan mereka berdua berbincang.

Tidak lama seseorang menepuk pundakku.

"Ras, ayo check in"

Aku berdiri dengan malas.

Menguap lagi lalu menjajari langkahnya.

"Tadi itu siapa Pak?" Tanyaku basa-basi.

"Oh, orang yang bekerja di kedutaan Brazil di Jakarta" Jawab Emir sambil memperlihatkan layar handphonenya ke arah petugas ketika kami memasuki gate untuk check in.

"Kamu gak biasa bangun pagi ya?" Tanyanya.

Aku mengangguk pelan menanggapi pertanyaannya, lalu meletakkan ranselku untuk pemeriksaan.

Kami berjalan ke arah counter check in.

"Mana ktp kamu, biar saya yang ngantri, bawain ransel saya, kamu tunggu di sana aja" Emir menunjuk ke arah sudut yang tidak terlalu ramai dengan orang yang mengantri.

you againWhere stories live. Discover now