18. emir oon

14.8K 1.8K 485
                                    

Pemandangannya indahhhhhhh 😍😍😍 #UdahPastiSalfoklah 😂😂

Laras POV

Aku menghela nafas panjang lewat mulut.

Dasar Laras bego, konyol, oon, runtukku kesal.

Bisa-bisanya tadi pagi melakukan hal aneh.

Entah apa yang aku pikirkan, memakai push up bra yang busanya lebih tebal 5x lipat dari tonjolan payudaraku.

Aku meringis, hehehe gak 5x lipat sih, yang pasti memakai push up bra itu, maksud hati ingin menarik perhatian Emir silek, tetapi yang ku dapat malah Emir sama sekali tidak mau melihat ke arahku.

Apakah Emir jijik melihatku?

Bukannya Emir suka perempuan yang berdada melon?

Atau aku salah?

Ugh... Apa yang dipikirkan Emir setelah melihatku tadi pagi ya?

Aku mengacak rambutku frustasi.

Harus bagaimana lagi caranya untuk mendapatkan perhatian Emir kembali?

Mengikuti jejak menjadi perempuan berdada melon sudah jelas-jelas tidak berhasil.

Mengajak Emir mengobrol soal pekerjaan aja, aku nya malah di usir dari ruang kerjanya.

Harus bagaimana lagi ini?

Apa sebegitu marahnya Emir kepadaku?

Ya jelaslah, siapa yang tidak akan marah? Kecewa? Kesal? Mungkin lebih parahnya jadi benci karena sudah di tolak pernyataan cintanya?

Hanya orang yang oon saja yang masih mau bersikap biasa setelah di tolak mentah-mentah.

Seharusnya aku bersyukur Emir malah kembali bersikap professional, bersikap seperti yang aku mau.

Tapi sikapnya itu malah bikin aku nya uring-uringan begini.

Aku me-mute remote suara TV yang sedang aku nonton, mempertajam pendengaranku dan menenglengkan telingaku ke arah pintu.

Tadi seperti mendengar suara ketukan pintu deh, aku melirik jam dinding.

Siapa juga yang datang bertamu pada pukul 11 malam?

Aku kembali memencet tombol mute. Mungkin aku salah dengar.

Keningku berkerut dan aku kembali me-mute remote.

Beneran suara ketukan pintu, aku melempar remote TV, melompati sofa dan berlari kecil, sedikit berjinjit untuk mengintip dari lubang pintu.

"Emir?" Tanyaku tak percaya dengan penglihatanku sendiri lalu membuka kunci pintu.

Aku membuka pintu apartment lebar, mendapati Emir yang menopang tangannya di kusen pintu.

Matanya merah, tercium bau alkohol yang menyengat ketika aku melangkah mendekati dirinya yang masih terdiam menatapku.

Emir tersenyum miring dan bergerak maju membuatku melangkah mundur.

Matanya kulihat mengarah ke dadaku.

Sesaat kulihat rahangnya mengeras, matanya mengerjap.

Dengan gerakan pelan Emir menutup pintu di belakangnya dan mengunci pintunya.

"Kalau sekarang, ini Laras yang asli, yang tadi pagi aku lihat pasti bukan kamu" Katanya sambil melangkah maju mendekatiku, tangannya bergerak cepat meremas dadaku.

Kali ini giliran mataku yang mengerjap, kaget.

Kedua tangannya bergerak mengusap-usap dadaku secara bergantian.

you againWhere stories live. Discover now