PERTEMUAN PERTAMA

3K 194 13
                                    

Seoul 2008

Jeritan kesakitan itu terdengar bahkan hingga ke luar ruang dokter. Lee Donggun sampai harus menggelengkan kepala geli mendengarnya. Ia meletakan setetes darah yang baru saja diambil dengan susah payah ke atas kartu uji.

"Ya ampun.... Kau bahkan tidak disuntik, hanya mengambil darah saja, tapi suaramu sudah terdengar hingga tempat parkir."

Boyoung mengerucutkan bibir. Malu dan kesal karena digoda oleh dokter yang merupakan sahabat dari orangtuanya itu.

"Ish.... Samchoon, jangan menggodaku terus."

Kim Sungryung, ibu dari gadis muda itu hanya tersenyum kecil seraya mengeratkan plester yang tadi ditempelkan oleh perawat dengan hati-hati.

"Kau memang terlalu berlebihan, sayang."

"Eomma!" rengeknya tak terima.

"Jika bukan karena persyaratan kelulusan, uri Boyoung pasti tidak akan melakukan tes darah ini, bukan?"

"Untuk apa aku melakukan tes darah jika golongan darahku pasti O?"

Dokter Lee tertawa keras. "Baiklah. Baiklah. Aku kalah."

Ayah dari dua anak ini kembali melanjutkan tes darah milik Boyoung. Pada saat tetes serum kedua diberikan, Lee Donggun tiba-tiba terdiam.

Boyoung yang sudah kembali sibuk dengan permainan di ponselnya sama sekali tidak memperhatikan. Tapi Sungryung bisa merasakan ada yang aneh dari gelagat sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter.

"Ada apa?"

"Tidak. Tidak ada apa-apa." bantah Donggun segera. Air mukanya yang sempat menegang segera dirubah.

"Ah! Kurasa kalian boleh pulang sekarang. Bukankah kalian juga sudah tahu hasilnya? Surat keterangannya nanti akan aku kirimkan langsung ke rumah kalian."

Sungryung mengerutkan kening bingung. Sejak awal sang dokter kenamaan itu berjanji akan memberikan surat keterangan golongan darah milik Boyoung hari ini juga.

"Donggun-ah."

"Aku akan memberikannya langsung kepadamu nanti."

Pria tampan di pertengahan empat puluh tahun itu kembali menegaskan. Ia melirik cemas sekilas pada Boyoung. Saat itu juga Sungryung tahu, ada sesuatu yang salah. Dan hal itu berkenaan dengan putrinya.

"Baiklah. Aku akan menunggu kabar darimu."

"Ya."

Donggun menghela napas lega sebab Sungryung tak memaksa atau bertanya apapun lagi. Ada sesuatu yang harus ia pastikan sebelum benar-benar memberitahukan hasil tes darah dari anak sahabatnya.

*********

Gadis remaja itu terbangun di saat matahari masih belum juga terbit. Pukul 6 pagi bukanlah waktu yang menyenangkan untuk memulai aktivitas di negara empat musim seperti Korea. Ditambah gerimis yang semalaman awet membasahi daerah ini, rasanya bangun pagi adalah hal paling menyebalkan. Tapi Shinhye tetap beranjak dari kasur lipat yang menjadi tempatnya tidur sejak ia menginjak bangku sekolah. Melipatnya rapi, lalu menyimpannya di sudut lemari.

Ia berjalan keluar kamar dan langsung disambut tumpukan piring dan mangkuk kotor di dapur. Menghela napas berat sebelum meraih sarung tangan merah muda yang menggantung di wastafel karatan di sudut dapur. Satu persatu puluhan perabotan makan ia cuci bersih. Lebih dari setengah jam baru seluruh tumpukan itu bisa diselesaikan. Tapi pekerjaannya masih belum berhenti. Ada banyak hal yang harus dikerjakan sebelum ia bisa berangkat ke sekolah.

GOOD PERSONWhere stories live. Discover now