SEPENGGAL KEBENARAN

806 148 11
                                    

Karena takut akan menyakiti, orang-orang banyak berbohong untuk menutupi kebenaran. Sayang, kebenaran yang disimpan serapat apa pun pada akhirnya akan terkuak. Dan saat kebenaran muncul ke permukaan, sakit yang dirasakan akan jauh lebih perih.

********

Malam belum terlalu larut, namun kediaman Park sudah sepi tak seperti biasanya. Kejadian hari kemarin malam nampaknya masih menyisakan trauma tersendiri bagi setiap penghuni. Tidak ada tawa canda yang terdengar dari ruang keluarga, semua orang memilih berdiam diri di kamar masing-masing.

Terkecuali untuk Shinhye yang memang selalu menghabiskan waktu menyendiri di kamarnya. Malam ini tak jauh berbeda, ia masuk ke kamar segera setelah sesi tutorial selesai. Gadis itu sedang mencoba mengobati lukanya saat terdengar suar pintu diketuk.

"Shinhye, bolehkah eomma masuk?"

Shinhye berdehem sesaat sebelum memberi izin. Sungryung tersenyum senang saat melangkah masuk ke dalam kamar gadis itu. Ia melihat kotak P3K dan beberapa obat yang berserakan di atas kasur.

"Apa kau sedang mengobati lukamu?"

"Ya."

"Kenapa tidak minta bantuan eomma?" Sungryung berusaha menyembunyikan perasaan kecewa.

"Aku tidak ingin merepotkan."

"Merepotkan apanya? Mana mungkin seorang ibu merasa direpotkan oleh anaknya sendiri."

Shinhye tertegun mendengar jawaban Sungryung. Bohong jika ia mengatakan hatinya tidak tersentuh dengan ucapan itu.

Ia menatap lekat sang ibu angkat dan membiarkan wanita paruh baya itu mengambil salep di tangannya. Dengan hati-hati Sungryung mengoleskan obat di seluruh betis sang putri.

"Eomma minta maaf tidak bisa membelamu kemarin. Tapi kau harus tahu, appa-mu melakukan itu bukan karena ia tidak menyayangimu. Appa-mu sangat menyesal setelah ia memukul kalian berdua. Ia lebih menyesal lagi karena memukulmu berulang kali."

"Aku tahu," jawab Shinhye pelan.

Jauh di lubuk hatinya Shinhye tahu bahwa pukulan yang dia terima adalah akibat dari kekeraskepalaannya. Ia tahu pukulan itu bukan bentuk benci namun bentuk kasih sayang.

"Aku akan mencoba bersikap lebih baik pada kalian, Eomma."

Mata Sungryung berkaca-kaca. Kalimat yang diucapkan Shinhye selayaknya air segar yang mampu menghilangkan dahaga. Mengusir sesak dan lelah batin yang dialami oleh Sungryung beberapa waktu belakangan. Apalagi tersemat panggilan hangat yang sudah lama dinantikannya.

Eomma.

Shinhye akhirnya mau memanggil namanya dengan sebutan indah itu setelah beberapa waktu lamanya mereka tinggal bersama sebagai keluarga. Sungguh saat ini kebahagiaan di hati Sungryung tak bisa terbendung. Secara spontan ia memeluk erat Shinhye, menumpahkan cinta kasihnya untuk sang putri.

"Terima kasih. Shinhye-ah, terima kasih. Eomma sangat senang. Benar-benar senang."

Shinhye tersenyum tipis. Pelukan Sungryung terasa begitu hangat hingga menggetarkan hatinya. Perlahan ia membalas pelukan itu.

Dalam hati Shinhye terus menggumamkan kata maaf untuk Misook. Ia sudah membulatkan tekad untuk mencoba membuka hati bagi keluarga barunya. Dan itu berarti ia memutuskan untuk menjadi pengkhianat sepenuhnya bagi Misook dan Myungsoo.

********

Hari-hari berikutnya tutorial di kediaman Park masih berlangsung. Jonghyun sesekali ikut bergabung di beberapa mata pelajaran yang sulit dikuasainya. Sedang Boyoung benar-benar berhenti untuk dua alasan. Pertama ia tidak tahan melihat tatapan Yonghwa untuk Shinhye. Kedua ia memang malas untuk belajar. Gadis itu lebih memilih pergi ke akademi tari untuk mempersiapkan tesnya di agensi.

GOOD PERSONWhere stories live. Discover now