PULANG

780 155 10
                                    

**********

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk pembaca muslim 🙏🙏

**********

I

Incheon, Korea Selatan

Angin musim dingin terasa menyakiti kulit. Membuat menggigil, hingga kebas dan mati rasa jadinya. Apalagi jika berada di tepi tebing dengan Laut Eurwangni yang membentang luas. Embusannya selalu terasa lebih kencang, membuat siapa pun bisa membeku kedinginan.

Shinhye mengeratkan lagi mantel kulit yang melindungi tubuhnya dari udara bersuhu jauh di bawah rata-rata. Laut yang terbentang luas di bagian bawah tampak begitu menakutkan dengan ombak yang saling menerjang. Tidak ada aktivitas apapun di sana. Musim panas sudah lama berlalu dan hanya orang yang tidak punya pekerjaan yang akan pergi ke pantai di musim dingin seperti sekarang.

Tapi Shinhye bukanlah seorang yang memiliki banyak waktu luang. Meski sudah hampir setengah jam ia berdiri di tepi laut tanpa mengerjakan apapun. Kenyataannya dia memiliki segudang aktivitas yang harus dilakukan.

Alasan kenapa wanita itu berada di sini mungkin akan bisa dimengerti saat ia melemparkan sebuah buket bunga lili putih yang cantik ke tengah lautan.

Hari ini adalah hari ulang tahun ibunya.

Dan tempat ini adalah tempat peristirahatan terakhir untuknya. Tempat di mana Shinhye membuang abu jasad Misook ke tengah-tengah laut sepuluh tahun lalu.

Wanita itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya pandangannya yang mengabur, gelagat kesedihan yang nyata. Tapi cepat-cepat ia mengendalikan diri. Menyeka air mata yang bahkan belum sempat jatuh ke tanah.

Shinhye menarik napas kuat-kuat sebelum melangkahkan kaki untuk pergi. Membiarkan buket bunga itu hancur ditelan ombak. Dibawa masuk untuk diberikan pada sang ibu.

**********


Yonghwa mengetuk-ngetukan kaki pada aspal hitam yang berdebu. Punggungnya bersandar santai di mobil sedan hitam mengkilat miliknya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantung jas. Embusan uap udara terbentuk jelas setiap kali ia menghela napas.

Begitu dingin di sini. Jas armani yang tadi dia gunakan saat rapat tidak cukup untuk melindunginya dari suhu musim dingin. Seandainya tadi tidak terburu-buru langsung ke sini, tidak akan ia lupa untuk membawa mantel. Namun rapat yang berjalan alot membuatnya mau tak mau langsung pergi tanpa sempat membawa apapun lagi.

Yonghwa mulai menggosok-gosokkan kedua tangannya yang mulai membeku di dalam saku jas. Ia benar-benar tidak tahan lagi. Angin laut yang berembus semakin kencang membuat tubuhnya menggigil. Senyumnya mengembang saat melihat sosok yang sedari tadi dinanti berjalan mendekat dengan ekspresi wajah yang sama seperti suhu udara. Dingin.

"Kau sudah selesai?" Tanyanya dengan senyum lembut seperti biasa. Uap berwarna putih keluar saat ia bersuara.

Persis seperti dugaan, wanita itu sama sekali tidak menjawab. Yonghwa sendiri tak ambil pusing. Sudah berulang kali ia mendapat respon seperti ini. Bahkan dulu saat pertama kali mereka bertemu di halaman sekolah. Diacuhkan oleh Shinhye sepertinya sudah menjadi hal biasa.

Yonghwa membuka pintu mobil untuk Shinhye. Wanita itu masuk tanpa mau repot-repot mengucapkan terima kasih. Menunggu dalam diam hingga Yonghwa turut masuk dan duduk di kursi pengemudi. Mesin mobil sudah menyala, namun Yonghwa belum juga menjalankannya. Ia justru sibuk mengamati wajah Shinhye yang diam namun terdapat raut kesedihan di sana. Persis seperti tahun-tahun sebelumnya.

GOOD PERSONOnde histórias criam vida. Descubra agora