MUSIM SEMI

1.1K 132 22
                                    

*********

Hujan lebat itu telah mereda. Derainya kini berganti menjadi rintik-rintik gerimis yang menemani malam kelabu. Demikian juga dengan Shinhye. Air matanya telah berhenti mengalir dan ia telah duduk dengan tenang di sisi Yonghwa. Pria itu menyampirkan jaketnya di tubuh sang kekasih yang menggigil lantas melajukan mobil dengan kecepatan maksimal.

Ia tidak bertanya apapaun juga; kenapa Shinhye menangis; kenapa ia pulang cepat sekali dari makan malam bersama keluarganya; atau kenapa wanita itu berjalan sendiri di tengah hujan. Ia tak juga melanjutkan rencananya pergi ke kediaman Park untuk sekadar mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung. Hal-hal itu bisa dilakukan nanti. Sekarang yang ingin dilakukan hanya mengantarkan Shinhye pulang sebelum gadis itu terkena flu.

"Bisakah kau menyalakan radio?" Tanya Shinhye memecah hening.

Tanpa banyak bicara Yonghwa menyalakan radio. Sebuah lagu lama mengalun mengisi kebisuan. Girl, lagu milik Lee Monsae yang menjadi favoritnya.

"Ini lagu kesukaanku."

Yonghwa menoleh. Kali ini bibirnya dapat membentuk sebuah senyum. "Ini juga lagu kesukaanku."

"Benarkah?"

Pria itu mengangguk lantas ikut bersenandung pelan. Shinhye kembali terdiam. Menikmati irama lagu dan senandung kecil yang keluar dari mulut pria di sisinya. Matanya mengamati Yonghwa yang sejak tadi tak bertanya apapun. Selalu begitu. Dalam keadaan-keadaan tertentu, dibanding bertanya, pria itu lebih memilih menunggunya bercerita. Meski seringkali pada akhirnya Yonghwa tidak akan mendapat secuil pun kata dari mulutnya. Tapi kali ini berbeda. Untuk kali ini Shinhye ingin pria itu mendengarkan kisahnya.

"Kau tahu, ibuku meninggal pada hari hujan."

Yonghwa berhenti bersenandung. Ia menoleh pada sang kekasih. Sesaat mata mereka bertemu sebelum Shinhye memalingkan wajah lagi menatap ke depan. Yonghwa yang paham kembali memfokuskan pandangan pada jalanan sedang telinganya siap mendengar.

"Ibuku selalu berharap aku dapat berkuliah di universitas ternama, mendapatkan pekerjaan lalu menjadi seorang wanita yang sukses. Karena itu aku tidak menolak ketika keluarga Park mau mengangkatku sebagai anak." Kening gadis itu berkerut. Mencoba mengingat-ingat lagi runtutan cerita kehidupannya.

"Aku pikir mereka bisa membantuku sampai lulus kuliah lalu aku akan membalas semua kebaikan mereka. Semua uang yang mereka keluarkan aku hitung dan akan aku kembalikan setelah aku bekerja nanti. Aku tidak peduli bahkan jika ayahku marah dan menganggapku sebagai anak durhaka. Aku hanya ingin mewujudkan impian ibuku. Aku pikir aku bisa memanfaatkan kebaikan hati keluarga Park tanpa melibatkan hati."

Shinhye kembali tenggelam dalam ceritanya. Ia tahu Yonghwa tetap mendengarkan. "Tapi ...." Gadis itu mengatur napas sesaat. Rasa sesak yang tadi berhasil diredam kembali datang. Ia menarik napas dalam-dalam, menolak untuk menangis lagi. "Tapi ternyata aku terlalu lemah. Aku cemburu dengan Boyoung. Aku iri karena dia sangat dicintai oleh kedua orangtuanya. Aku merasa marah dan kecewa."

Cerita itu usai seiring dengan lagu yang telah berganti. Yonghwa membawa mobilnya menepi sejenak hanya untuk memberikan sebuah pelukan penyemangat bagi sang kekasih.

"Terima kasih," ujarnya seraya mencium puncak kepala Shinhye. "Terima kasih karena mau berbagi isi hatimu padaku." Ia tahu pasti, bukan hal yang mudah bagi gadis itu untuk mau bercerita.

Shinhye tersenyum dalam pelukan hangat itu. Senyum yang benar-benar tulus karena merasa begitu dihargai dan dicintai.


***********

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GOOD PERSONWhere stories live. Discover now