SANG PANGERAN HUJAN

672 125 16
                                    

***********

Shinhye mendengus keras melihat mobil sport berwarna merah muda menyala yang terparkir sempurna tepat di sisi sedan hitamnya. Di depan mobil mentereng itu bersandar seorang aktris muda yang paling dibencinya. Entah sebenarnya perempuan itu punya pekerjaan atau tidak. Hampir setiap hari ia bisa melihat wajahnya berkeliaran di perusahaan ini. Sungguh memuakkan.

"Apa yang kau lakukan di depan mobilku, Boyoung-ssi?"

Mata bulat gadis itu menyipit tajam, mencerminkan ekspresi yang sama di wajah Shinhye. "Kau pikir aku akan kemari jika Eomma dan Appa tidak memohon?"

Kening Shinhye yang berkerut membuat Boyoung kesal sendiri. "Kau lupa? Hari ini ulang tahun Appa!"

"Iya. Aku lupa," ujarnya berbohong.

Bagaimana ia bisa melupakan hari ulang tahun Jisung ketika berkali-kali Sungryung mengiriminya pesan singkat. Mengingatkannya untuk hadir di acara makan malam untuk merayakan ulang tahun pria yang seharusnya ia panggil sebagai ayah. Selain itu ada pula Yonghwa yang bahkan sejak kemarin lalu sudah mewanti-wantinya untuk datang hari ini. Beruntung pria itu sedang memiliki meeting di luar kantor jadi sang kekasih tidak akan bisa memaksanya untuk datang.

"Aku tidak akan datang. Katakan saja aku lembur hari ini."

"Yak!" Boyoung berteriak kencang. Ingin mengumpat sumpah serapah tapi ia menahan diri sedemikian rupa. Ada beberapa orang yang berlalu lalang di basement. Ia tidak ingin artikel tentangnya dimuat lagi di internet esok hari.

"Eomma sudah memohon padaku untuk membawamu ke rumah. Aku tidak mungkin mengecewakannya, bukan?" Boyoung memaksakan senyum palsu.

Sebelum Shinhye sempat membalas, ia segera menarik tangan wanita itu dan mendorongnya ke dalam mobil. Dengan kecepatan yang mustahil ia masuk ke kursi pengemudi dan mengunci pintu otomatis. Shinhye yang terlambat bereaksi hanya bisa memekik kesal. Mengumpat minta diturunkan namun tentu saja gadis muda itu tak menggubris. Dengan segera ia memutar tuas, melesat menuju jalan utama.

Sadar tidak akan bisa lagi keluar, Shinhye pun memilih berpasrah. Tidak mungkin juga ia memberontak yang mungkin malah menyebabkan kecelakaan.

Merasa menang untuk kali pertama, Boyoung memutar lagu ceria dari ponsel yang tersambung ke speaker mobil. Shinhye yang merasa risih menggerutu sementara Boyoung seolah tak peduli. Ia malah bersenandung kecil ikut melafalkan lagu.

Jengah, wanita muda itu memilih memandang ke luar. Menatap jalanan malam kota Seoul yang tenang di awal musim semi. Ingin menikmati cuaca di luar sana, Shinhye membuka sedikit kaca jendela, membiarkan semilir angin mengusik anak-anak rambut. Boyoung sekilas menggerutu kedinginan namun membiarkan jendela itu tetap terbuka.

Untuk pertama kalinya kedua saudara angkat ini bisa tampak damai dalam satu frame. Bila orang luar melihat, tidak akan ada yang menyangka bahwa kedua gadis itu sehari-harinya hidup seperti kucing dan anjing.

Perlahan langit malam yang tenang berubah sendu. Gerimis-gerimis kecil mulai turun. Rintik-rintik hujan membasahi bumi. Sebuah fenomena alam yang tak aneh jika saja terjadi di musim panas. Baru saja Shinhye akan menutup jendela ketika mobil direm mendadak.

"Yak! Park Boyoung!"

Shinhye berteriak kencang. Jantungnya menggebu karena terkejut. Ia hendak melanjutkan makian ketika melihat wajah gadis di sisinya pucat pasi tak berwarna. Pandangan matanya kosong dan tubuh mungilnya bergetar hebat.

"Yak! Park Boyoung, apa yang terjadi?" Ia berteriak lagi namun suaranya berbalut kekhawatiran. Mobil-mobil di belakang membunyikan klakson dengan kencang. Kesal karena mobil mereka berhenti mendadak dengan berbahaya.

GOOD PERSONजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें