SATU DEKADE YANG SINGKAT

769 151 8
                                    


#PRAYFORSURABAYA
#SATUINDONESIA



********



10 tahun kemudian....

London, Januari 2018


Butiran uap air berwarna putih yang membeku bagaikan kapas turun sejak pagi hari. Musim dingin tahun ini hampir setiap hari London diselimuti salju. Menghias salah satu kota paling sibuk di dunia menjadi layaknya negeri dongeng. Apalagi saat malam mulai datang. Lampu-lampu yang menerangi seluruh kota serta salju yang terus turun menambah daya magis dari kota ini.

Shinhye menatap butiran-butiran putih yang melayang turun dari kaca jendela lantai 50 gedung kantor yang ditempatinya. Hampir empat tahun ia mengabdi di perusahaan multinasional ini. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dan master di London selama enam tahun, gadis itu masih betah tinggal di sana. Meniti karir dari dasar hingga bisa menempati posisi cukup tinggi di perusahaan tempatnya bekerja.

Ia telah berubah dari gadis remaja menjadi wanita dewasa berusia 28 tahun. Bukan hanya dari segi penampilan, namun juga pembawaan diri. Pemikirannya makin matang, tak lagi begitu impulsif seperti dulu. Tak dipungkiri Shinhye tampak semakin menawan namun tetap sulit didekati.

"Oh, Miss Park you are still here?"

Laura, sekertaris pribadinya tampak terkejut melihat sang atasan masih betah berada dalam ruangan. Menatap penuh minat ke luar melalui kaca jendela. Seolah ingin merekam semua yang ada di sana dalam memori otaknya.

"Yeah." Shinhye tersenyum tipis. "I think I'll miss this scenery so much."

"And you'll not miss us?"

"A little. Maybe?"

Laura terkekeh pelan. Shinhye yang dikenalnya bukan orang yang suka bercanda. Atasannya itu terkenal sangat serius, tegas dan jarang bicara. Kali ini ia bisa mendengar sedikit gurauan dari Shinhye, itu adalah hal yang langka dan luar biasa. Mungkin ia bisa sedikit menyombongkan kejadian ini pada rekan-rekan kerjanya besok.

"You're so mean, Miss."

Shinhye tertawa kecil. Lagi-lagi hal itu membuat Laura merasa takjub. Ia benar-benar harus menceritakan semua ini pada teman-temannya nanti. "Miss, you laugh? I can't believe it!"

Shinhye tiba-tiba terdiam. Ekspresinya kembali seperti biasa. Datar terkesan dingin. Laura gugup dibuatnya. Ada rasa takut. Jangan-jangan Shinhye merasa tidak suka dengan komentarnya.

"I'm sorry Miss. I didn't intend to insult you. I just...."

Kata-katanya terhenti saat melihat Shinhye kembali tertawa. Kali ini lebih keras dan sampai membuat matanya berair.

"Miss..."

"Oh, sorry Laura. I just wanna prank you."

"Miss!" Laura merengut. Kali pertama di hidupnya ia berani menaikkan suara pada sang atasan. Ternyata Shinhye hanya mengerjainya saja. Candaan pertama selama dua tahun ia menjadi asisten wanita itu. Ah, malam ini ada begitu banyak 'kali pertama' yang terjadi dalam hidupnya.

Shinhye tersenyum kecil. Ia tahu ada banyak tanya di dalam otak gadis bermata biru itu tentang perubahan mendadak dalam sikapnya. Ia berjalan menuju meja kerja yang bersih tanpa terisi apapun kecuali tas jinjing yang ia bawa pagi tadi. "I'll go home now. Don't forget to attend my farewell party tomorrow, okay?"

"Definitely, Miss." Laura mengantar kepergian Shinhye.

Saat akan membuka pintu Shinhye kembali dan menyerahkan sebuah paper bag kecil dari dalam tasnya. "I'm afraid I'll forget to give it tomorrow. So, this is my early present for you. Congratulation for your wedding."

GOOD PERSONWhere stories live. Discover now