17 | Once Upon a Time...

1.7K 162 3
                                    

5 tahun lalu

Alina, 20 years old

"Lin, nanti kalo udah sampe sana kabarin ayah sama bunda. Jaga kesehatan, jangan telat makan, belajar yang bener, jangan ngerepotin om Riko sama Tante Maya." Rajendra lagi-lagi mewanti-wanti putrinya, Alina yang akan kembali menempuh pendidikan di kota pelajar setelah ia menikmati liburannya di kota kelahiran.

"Iya, ayaaah... Ayah udah bilang berapa kali? Alina Sampai hapal." Alina memeluk ayahnya lalu ganti memeluk bundanya.

"Jaga kesehatan, jaga diri, sering-sering hubungin ibun." Bundanya mengingatkan.

"Siap bu bos. Lina masuk, ya." Alina melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh. Ini adalah tahun ketiga Alina menempuh pendidikan sebagai mahasiswi di salah satu universitas favorit di kota pelajar.

Selama Alina bersekolah di Yogyakarta, ia tinggal bersama om dan tantenya dari pihak ayah. Alina dan Kaleela sangat dekat dengan keluarga om Riko karena dulu mereka pernah tinggal di kompleks yang sama sebelum Om Riko pindah ke Jogja. Kakak beradik itu juga sangat dekat dengan sepupu mereka, Rahman, yang merupakan anak semata wayang Om Riko.

***

"Nanti, Abang jemput, ya. Kamu pulang jam berapa?" Tanya Rahman begitu mengantarkan Alina ke kampus. Rahman memang selalu menyempatkan mengantar jemput Alina meskipun dia sibuk di pabrik kain dan mebel yang dikelolanya.

"Oke, Bang. Lina ada dua matkul, paling sekitar jam lima udah pulang." Alina menatap jam tangannya yang masih menunjukan pukul setengah satu siang. Dia cukup beruntung karena mendapatkan jadwal siang.

"Jam empat paling Abang udah selesai. Nanti Abang langsung kesini."

"Kalo nanti Abang males nunggu di parkiran, Abang tunggu di kantin aja kalo enggak di depan kelasku, Akuntansi-B, lantai tiga."

"Oke! Abang berangkat, ya! Assalamualaikum." Pamit Rahman.

"Wa'alaikumsalam."

***

"Lin, bantuin aku taruh ini di gudang belakang dulu, yuk." Kata seorang pria pada Alina begitu ia keluar kelas. Alis Alina mengerut melihat kekasihnya membawa banyak sekali buku.

"Kok ke gudang? Bukan ke perpus?" Tanya Alina bingung.

"Nggak tau, tadi kata pak Gun gitu. Ini kertas sama buku beliau yang udah nggak kepake. Bantuin dulu yuk, terus ke kantin." Jelas Juan, kekasihnya. Alina menatap jam tangannya. Pukul lima tepat. Abangnya belum menghubungi, kasian juga kalo bawa sendiri, gudangnya kan jauh, pikirnya. Apalagi keadaan fakultasnya yang tumben sepi, hanya sedikit mahasiswa yang masih disana.

"Yaudah, ayo." Putus Alina lalu mengambil sebagian buku yang dibawa Juan.

Juan adalah pacar Alina yang paling tangguh, padahal selama pedekate sudah sering ditolak tapi tetap mau berjuang. Alina sendiri sebenarnya tidak mau pacaran dulu selama masih menjadi pelajar, tapi melihat kegigihan Juan ia sedikit melunak dan menerima Juan sebagai pacar pertamanya.

Entah ada angin apa, tiba-tiba Alina merinding dan merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Begitu ia melihat gudang yang tinggal berjarak lima belas meter.

"Juan, ini ditaruh mana?" Tanya Alina begitu masuk ke gudang. Gudangnya cukup terawat karena barang-barang ditata dengan cukup rapi.

"Taruh di belakang, di deket kardus." Alina menurut saja dan masuk lebih dalam ke gudang tanpa mengetahui Juan yang mengunci gudang dengan kunci cadangan yang entah didapatkan dari mana.

Anomali (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang