19| Si Menyebalkan Bagaskara

1.9K 149 2
                                    

Sekembalinya Bagaskara ke apartemen, hubungan kami makin membaik. Keadaan psikisku juga mulai membaik sejak konsultasi dengan dokter Bianca. Ketakutanku sudah mulai berkurang, apalagi Bagaskara sudah mengetahui masa lalu ku. Rasanya sungguh melegakan.

Sejak saat itu juga rasanya aku enggan berjauhan dari Bagaskara karena aku sudah mulai menyadari perasaanku. Tapi jangan bilang Bagaskara, ya? Soalnya dia belum tau. Bisa besar kepala nanti kalau dia tau.

Saat ini aku dan Bagaskara sedang bersiap untuk menghadiri acara ulang tahun GFN yang ke tiga puluh lima tahun. Nanti juga papa akan mengumumkan bahwa Bagaskara adalah putranya.

"Sayang udah belum?" Teriakan Bagaskara terdengar dari kamar. Dia sedang menungguku yang berganti baju di kamar mandi. Aku pun segera keluar.

"Udah. Yuk." Ajakku. Dia masih diam ditempat. Matanya menilai penampilanku dari kepala hingga kaki, membuatku risih. "Ayo!"

"Ganti deh." Ujarnya membuatku bingung.

"Apanya?"

"Baju kamu." Aku melihat penampilanku. Tak ada yang aneh dengan bajuku.

"Ngapain? Bajunya nggak ada yang aneh kok."

"Nggak ada yang aneh gimana? Itu kayak sundel bolong bajunya. Ganti!" Dress yang ku pakai memang backless, tapi masih wajar kok, cuma bagian atas sampai setengah punggung kok. tak sampai semua punggungku terlihat.

"Tapi-. Fine! Aku ganti!" Kalau Bagaskara sudah memandangku tajam seperti ini, mana bisa aku membantah.

"Good girl! Biar aku pilihin."

Terserah!

Kadang kemauan Bagaskara itu benar-benar tak bisa dibantah seperti sekarang.

***

Aku benar,benar tak habis pikir dengan seorang Bagaskara. Bisa-bisanya dia memboyong range rover untuk membawa kami ke ball tempat pesta.

"Kenapa nggak pake jazzy aja?" Ketusku.

"Jazzy who?"

"Mobilku." Geramku. "Mobil kamu mencolok banget tau, nggak, sih?!" Ya, iyalah mencolok. Orang Indonesia kan tak banyak yang punya mobil seperti ini. Apalagi tadi kami sempat bertemu beberapa karyawan yang lain yang menatap kami sambil berbisik-bisik.

Aku meninggalkan dia memasuki ball yang sudah di desain sedemikian rupa. Konsep yang dipakai kali ini stading party, dimana semua karyawan akan membaur satu sama lain.

"Jangan hilang, sayang." Aku memutar bola mataku malas. Memangnya aku anak kecil, sampai Bagaskara harus berkata begitu?

"Aku mau cari Bang Adit sama Mbak Mona. Kamu nggak usah ikut." Dia menahan lenganku saat aku beranjak dari sana.

"Aku ikut."

"Mendingan kamu cari papa aja."

"Ya sama kamu dong harusnya." Aku menggeleng.

"Kamu kan udah janji status kita di rahasiakan dulu, jadi aku nggak ikut kamu. Nanti aku temui papa dan mama." Ujarku pelan. Dia terlihat akan merajuk.

"Yaudah, tapi jangan deket-deket cowok lain, apalagi anak HRD yang sering neplok ke kamu itu." Aku mengangguk. Pernah satu kali Bagaskara cemburu pada Kenzo yang waktu itu menawarkanku tumpangan saat tak sengaja bertemu denganku di basement, padahal aku sedang menunggu Bagaskara turun. Dan saat mereka bertemu, Bagaskara jelas-jelas memasang raut tak suka dengan Kenzo waktu itu.

"Iya."

"Nanti hubungin aku kalau udah ketemu mereka." Dia mencium pelipisku sekilas, lalu kami berpisah. Dia mencari papa dan aku mencari dua kacung itu.

Anomali (ON HOLD)Where stories live. Discover now