34 | Strength and Weakness

1.2K 119 7
                                    

Apa masih ada yg baca cerita ini??
Sumpah kemaren kemaren nulis gak nemu feel-nya, jadinya ketik-apus ketik-apus. Gak tau yang ini mengecewakan atau enggak, tapi ini yang terbaik yang bisa N tulis. Maaf banget baru bisa update seh sebulan lebih.

Happy reading

***

Perputaran roda kehidupan memang tak pernah berhenti. Kadang kita berada dibawah juga kadang berada di atas. Dan Bagaskara rasa, ini adalah titik paling bawahnya. Ia merasa tak terinjak oleh roda itu, tak berdaya.

Belum usai kesedihannya kehilangan calon anaknya juga melihat Alinanya histeris ketakutan, dokter memberi vonis jika Alina mengalami gangguan stress pasca-trauma atau yang sering disebut post-traumatic stress disorder alias PTSD. Kalimat dokter kembali terngiang di telinganya, membuat ia menahan langkahnya memasuki ruang rawat Alina. Dia mendudukan tubuhnya di kursi tunggu depan ruang rawat. Tangannya yang bertumpu pada paha mengusap wajahnya yang menunduk.

"Ibu Alina mengalami gangguan stres pasca-trauma atau post-traumatic stress disorder atau singkatnya PTSD, dimana dia mengalami kewaspadaan yang berlebihan pada orang sekitar terutama pria, juga seakan ingin menjauh dari orang-orang. PTSD ini kemungkinan besar terjadi karena kejadian tidak mengenakan yang dilihat oleh Ibu Alina atau mungkin dialami sendiri dan membuatnya merasakan ketakutan yang luar biasa seperti kecelakaan, ditinggal orang tercinta, pemerkosaan atau hal menakutkan lainnya. Dan jika dilihat dari respon ibu Alina tadi, kemungkinan besar Ibu Alina mengalami hal tidak menyenangkan dengan lawan jenisnya."

Bagaskara menghela napasnya lelah. Ya Tuhan... terlalu banyak badai yang mereka hadapi dalam kurun waktu 24 jam ini.

"Untuk kedepannya, saya menyarankan terapi agar kondisi psikis Ibu Alina bisa lebih baik segera Setelah kondisi fisiknya pulih. Untuk terapisnya, saya akan merekomendasikan terapis wanita yang berpengalaman untuk masalah ini, pak."

Bagaskara hanya bisa mengangguk dan mengiyakan apa kata dokter saat itu. Dia tidak ingin Alina kembali terpuruk dan membuatnya makin menutup diri dari dunia. Perlahan ia akan membuat Alinanya makin kuat dan berani.

Bagaskara masuk ruang rawat Alina begitu ia lebih tenang. Keadaan masih sama. Hening, seakan orang-orang tak ingin membuat tidur Alina terganggu. Kedua orangtuanya, mertua serta adik iparnya masih disana. Mereka menatap prihatin pada Alina yang terbaring di brankar.

"Apa kata dokter, Gas?" Itu suara milik papanya.

Bagaskara mendekat. "Kemungkinan besar Alina mengalami post traumatic stress disorder. Alina trauma karena kejadian ini. Dia takut dengan lawan jenisnya dan harus diterapi."

Ayah mertuanya hanya diam, Membuat Bagaskara makin bersalah. Kalau saja ia tidak ke kantor hari itu. Kalau saja ia tetap menyuruh supir berjaga di apartemen mereka, kalau saja ia tak meninggalkan Alina. Pasti semuanya akan baik-baik saja. Alinanya tak akan mendaptkan perlakuan ini dari orang-orang biadab itu dan mereka tak akan kehilangan calon anak mereka.

"Bagaskara mohon maaf, yah. Semua karena Bagas lalai." Lelaki jangkung itu menunduk.

"Alina akan baik baik saja. Ayah permisi dulu." Rajendra berdiri lalu meninggalkan ruangan itu. Ibu mertuanya menangis dipelukan sang mama sedangkan adik iparnya menunduk, dan Bagaskara yakin gadis belia itu menangis, terlihat dari beberapa kali ia mengusap bagian bawah matanya.

"Biar papa bicara dengan ayahmu nanti. Papa akan temui mereka." Bagaskara mengangguk. Semuanya harus diusut sampai tuntas. Mereka harus mendapatkan bayaran atas perbuatan mereka.

***

Ditempat lain, Adit yang sedang menemani pacarnya ke butik berjengit kala mendapatan cc e-mail dari akun yang begitu ia kenal. Dia membaca dari awal sampai akhir dengan teliti, bahkan membacanya lebih dari sekali. Seharusnya ini hanya akan masuk komputer kantor. Tapi kalau sudah masuk ke e-mail-nya, Adit merasa ada sesuatu yang tak beres. Menutup aplikasi ia mencari nomor ponsel Mona dan sengera menghubunginya. Teleponnya diangkat saat dering kelima.

Anomali (ON HOLD)Where stories live. Discover now