30 | Bagaskara

1.6K 114 4
                                    

Ada yang inget kapan terakhir N update?

***

Tak ada yang lebih menyibukkan selain kegagalan pemasangan program dan antivirus pada komputer. Bagiku pribadi, kegagalan program di komputer adalah bencana. Aku tak bisa melakukan apapun dengan tenang. Apalagi rencana yang sudah sudah ku susun dengan sedemikian rupa harus kandas. Aku harus bolak-balik ke kantornya dan Prah Company selama hampir dua minggu ini. Bahkan tiga hari terakhir aku tidak pulang menyebabkan istriku yang paling cantik harus datang ke kantor membawakan baju ganti serta makanan. Aku jadi khawatir dengan Alina yang sendirian di rumah megingat teror yang semakin gencar mendatangi kantorku.

Bicara tentang Alina, aku jadi ingat pertemuan kami pertama kali. Dulu kupikir dia anak magang sama sepertiku, tapi ternyata dia pegawai baru. Wajahnya yang masih kelihatan sangat muda juga tubuhnya yang kecil membuatku makin yakin dengan pemikiranku. Waktu itu dia masih sangat polos dan menurut saja pada senior-seniornya. Dia harus mengantar berkas juga mencari arsip yang berada dilantai lain. Aku masih mengingatnya meski sudah dua tahun berlalu.

Aku akan buat pengakuan disini. Sebenarnya aku sudah lama magang di kantor papa. Itu pun bukan magang dari kampus, lagipula mangang bukan merupakan kewajiban di kampusku. Aku magang disana hanya sebagai pengenalan lingkungan kerja saja karena aku sudah diperkenalkan secara teori mengenai kantor papa sejak lulus SMA.

Kembali ke waktu sekarang.

Sudah sebulan lebih ada paket berisi surat ancaman berlumur darah yang memintanya untuk memberikan pogram pencarian yang sudah ku rangkai bersama teman-temanku, bahkan pengirimnya mengancam akan menyakiti Alina-ku. Karena itu aku selalu waspada. Akhirnya setelah keributan yang terjadi beberapa hari terakhir, akhirnya dia bisa bernapas lega karena dia dan timnya bisa menyelesaikan masalah program eror di Prah Company.

Sebenarnya ia cukup aneh melihat program dan antivirus yang dipasang bisa mendatangkan banyak virus, padahal seri komputer dan sistem operasi yang dipakai sama dengan yang dipakai kantor kami. Jika dilihat lagi, aku bahkan berpikir kalau virus itu sengaja di kirim apalagi saat salah satu pegawai mengatakan kalau data penting kantor sudah dibuat salinannya sebelum serangan virus ini terjadi. Tapi aku tidak mau berpikiran negatif juga, apalagi pada klien besar seperti Prah Company.

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Hampir pukul tujuh malam. Aku segera merapikan barang bawaanku dan segera pulang. Masalah sudah selesai dan aku akan kembali ke rutinitasku. Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk menelpon Alina memberi kabar. Kadang istriku sangat cerewet bila aku tak memberi kabar, tapi Aku juga beruntung karena Alina selalu mengingatkan kapan waktu istrirahat, makan dan ibadah.

"Tumben nggak diangkat..."

Aku mencoba lagi beberapa kali tapi tetap tak ada jawaban. Ini agak aneh mengingat dia selalu gencar menghubungiku tapi Setelah percakapan kami tadi siang, aku tak mendapatkan pesan apapun dari Alina. Aku jadi khawatir.

Aku segera berjalan cepat keluar dari lift, meninggalkan beberapa pasang mata yang menatapku heran. Pikiranku kalut mengingat pesan ancaman yang kembali ku terima tadi pagi. Jangan sampai, Ya Tuhan. Jangan sampai terjadi.

Setelah mengendari mobil dengan kebut kebutan aku kembali berlari memasuki Apartemen. Perasaanku benar - benar tidak enak begitu membuka pintu mendapati apartemen dalam keadaan gelap gulita. Aku menekan saklar di sebelah kiri pintu masuk untuk menyalakan lampu ruang utama.

"Sayang..." 

Tak ada jawaban.

Aku mengelilingi apartemen sambil memanggil Alina tapi tak ada jawaban malah ia mendapati pintu balkon yang terbuka dengan keadaan balkon yang mengenaskan. Pot bunga yang pecah membuat tanah didalamnya berhamburan, ada noda darah hampir kering yang aku yakini menetes dari luka seseorang. Dengan cepat aku kembali menghubungi ponsel Alina berharap mendengar suara lembutnya yang menyapa di balik telepon.

Aku mengumpat saat mendengar nada dering ponsel dari arah dapur. Seharusnya aku segera memasang CCTV saat mendapatkan ancaman itu. Aku terlalu bodoh dan teledor dengan memilih menyembunyikan Alina tanpa pengawasan.

Aku benar-benar mengutuk diriku sendiri karena itu.

Aku kembali menghubungi nomor lain. Hanya ini cara ku tahu bisa menyelamatkan Alin.

"Halo, Bang." Sapaku begitu sudah diangkat. "Gue butuh bantuan. Lo di masih di kantor?... Gue kesana... Tolong siapin orang lo yang paling bagus buat gue bawa..."

Klik!

Aku segera turun ke basemen.  Tak mau mebuang waktu lagi. Demi apapun. Aku akan membunuh semua orang yang menyakiti istrinya.

***

"Lo yakin ini penculikan?" Tanya seorang pria dihadapanku. Dia adalah orang yang berpengalaman dibidang ini. Dia memiliki ratusan anak buah yang siap sedia setiap saat jika dibutuhkan.

"Gue yakin, bang. Gue udah nerima ancaman ini hampir dua bulan dan puncaknya hari ini. Istri gue hilang." Jawabku. Aku sekarang berada di sebuah ruangan dengan banyak komputer juga terdapat layar lebar di salah satu sisi dinding. Ini ruang pusat kendali kantor. Di belakang kamu berdua ada sekitar sepuluh orang lelaki berbadan besar juga orang-orang yang duduk di hadapan komputer barisan depan.

"Lalu istri lo tau tentang penelitian program komputer yang lo buat?" Aku mengangguk.

"Belum lama ini gue bawa dia ke rumah."

"Lo ada pentunjuk atau semacamnya?" Tanya orang itu. "Gue tau lo nggak mungkin se-ceroboh itu."

Aku mengingat-ingat sebentar. Sedari tadi pikiranku tidak fokus karena terlalu panik.

"Gue ada taruh pelacak di bajunya."

"Lo hubungin ke mana?"

"Laptop gue dirumah."

Reyhan, sepupuku berbalik menatapku setelah sedari tadi ia menatap layar besar yang menampilkan proses meretas jaringan cctv milik kepolisian yang dilakukan anak buahnya.

"Lo berangkat aja sama mereka pake mobil kantor." Bang Rey menunjuk anak buahnya menggunakan dagu. "Gue yakin mereka udah hapal mobil lo. Mereka udah gue kasih arahan waktu lo masih di jalan."

"Thanks bang."

Aku segera berangkat menggunakan mobil van hitam yang sudah di sediakan.

***

Sedikit banyak mereka sudah mendiskusikan rencana yang dibuat oleh Bang Reyhan padaku.

Aku membawa sepuluh orang bersamaku menggunakan dua mobil van. Bang Reyhan memberikan orang-orangnya yang paling berpengalaman juga yang paling ahli. Laptop yang sudah ku hubungkan dengan alat pelacak yang kupasang di pakaian Alina sudah dikuasai oleh Robi, alhi komputer yang ikut bersama kami.

"Pak, mereka sudah berhenti. Tapi ini..."

"Kenapa?" Tanyaku gusar.

"Mereka berhenti dipinggir kota pak. Sepengetahuan saya ini dekat batas kota, masih jarang penduduk karena tempatnya dekat dengan hutan." Aku mengambil laptop dari tangan Robi untuk memastikan sendiri tempatnya.

"Ini..."

Nggak mungkin.

***

Tbc

Maaf banget baru sempat update. Kemarin N sempat kehilangan arah. Mau lanjut adegan Alinanya aja tapi terlalu cepet.

Anomali (ON HOLD)Where stories live. Discover now