3.3

804 193 63
                                    

Kaori tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini. Di sebuah aula yang sangat luas dan sangat ramai, seolah ini adalah stadion versi ruang tertutup.

Yang bisa Kaori ingat hanya sedikit; mereka-Kaori dan pria berbaju seperti pangeran Eropa-sempat berjalan memutari dinding yang sangat tinggi, dinding yang awalnya Kaori pikir adalah dinding benteng, namun ternyata adalah dinding pagar kastil. Dia tahu itu ketika tiba di depan sebuah gerbang kayu besar yang perlahan terbuka, menampakkan sebuah kastil super megah yang tidak Kaori ingat detailnya. Mungkin yang paling mencolok, ada sebuah bendera persegi yang berkobar-kobar dengan warna merah marun di salah satu ujung kerucut menara, yang bergambar entah apa.

Gadis Jepang itu masih berusaha menenangkan syok yang dia rasakan saat si pria Eropa menarik tangan Kaori, memaksanya berjalan mengikuti langkah pria itu. Perasaan Kaori tidak bisa digambarkan, syok setelah kematian Yash dan ibunya, ditambah syok karena secara ajaib bisa berpindah tempat ke tempat antah berantah ini, juga rasa mual karena bau mesiu yang terus terbayang, dan ingatan akan darah yang memerahkan imajinasinya.

Kaori mengedarkan pandangan. Tempat ini sangat ramai, dan luas, dan tinggi, membuatnya merasa kecil di tengah bising yang memekakkan kuping. Bukan keramaian biasa yang Kaori dapati, melainkan ramai suara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Kaori menguasai tiga bahasa, tetapi tidak ada satupun kata yang dia dengar yang bisa dia pahami.

Gadis itu menelan ludah, kemudian berjalan pelan, mengamati orang-orang di sekitar yang berlalu lalang melaluinya, seolah-olah dirinya tidak ada. Matanya mulai terasa kering semenjak air matanya surut, terasa perih, membuatnya ingin terpejam. Tetapi, semua hal aneh jua mengherankan di sekitarnya memaksa Kaori untuk tetap terjaga.

Gadis itu berhenti berjalan ketika matanya menangkap sebuah interaksi yang tampak aneh bentuknya. Seorang adalah perempuan, bergaun kuning, dengan rambut disanggul tinggi, dan mengenakan semacam mahkota kecil di kepalanya. Dia cantik, layaknya seorang putri ... Eropa? Kenapa semua hal yang Kaori temui terus tampak seperti orang Eropa?

Satu orang lagi juga seorang perempuan. Dia berkemeja putih berlengan pendek, dan mengenakan rok abu-abu panjang yang mencapai mata kaki. Rambutnya lurus sepinggang, tubuhnya tinggi semampai, hingga puncak kepala si tuan putri hanya mencapai hidungnya. Mungkin Kaori juga sama, hanya mencapai hidung perempuan berkemeja.

Yang membuat interaksi mereka tampak aneh adalah karena mereka saling berhadapan, tapi mereka seolah tidak saling mengenal. Mereka hanya saling menatap, dan keduanya juga tampak berbeda dari ratusan-atau mungkin ribuan-orang yang ada di aula. Mereka, mungkin juga sama tersesatnya dengan Kaori.

"Apa lo liat-liat?"

Kaori mengejap ketika mendengar lontaran pertanyaan dengan suara sengak yang terdengar mengancam alih-alih menuntut jawaban. Bahasa yang barusan dia dengar bukanlah bahasa yang sangat asing, meski logatnya berbeda dari yang Kaori kenali. Gadis itu berjalan mendekat, tertegun mendapati wajah si perempuan berkemeja juga bukanlah wajah yang benar-benar asing. Itu adalah wajah khas pribumi. Meski badan perempuan itu terlihat tegap dan tatapannya terlihat angkuh, rupa itu tidak bisa membohongi Kaori.

Kaori segera menyentuh lengan perempuan itu, berharap bisa mendapatkan bantuan-meski dia sendiri tidak yakin bantuan seperti apa yang dia butuhkan. Tetapi Kaori segera melepaskan sentuhannya ketika si perempuan menoleh bersama dengan tatapan yang mengintimidasi.

Kaori menelan ludah, memainkan jemarinya dengan gugup. "Anu, ini di mana, ya?" tanyanya, berharap perempuan berkemeja ini benar-benar sepaham dengan bahasa yang dia gunakan.

"Lo orang Indo?" tanya perempuan itu setelah selama beberapa saat memandangi Kaori dengan intens. Dan meski dikatakan tengah bertanya, sebenarnya Kaori sendiri tidak yakin apakah perempuan itu sungguh bertanya ataukah tengah memaksanya memberikan sebuah jawaban. Dan meski Kaori tidak yakin apakah yang dikatakan oleh perempuan itu memiliki arti yang sama seperti yang bisa dia tangkap, Kaori memutuskan untuk mengangguk.

Semoga saja, Indo yang dia maksud adalah Indonesia. Dan semoga saja, kata 'lo' yang dia maksud memiliki maksud yang sama seperti 'kamu', dan sama-sama berarti 'kimi'.

Kaori menunduk dalam ketika perempuan itu tidak memberikan reaksi apa pun, justru menatapnya dengan semakin intens, seolah dia adalah predator dan Kaori adalah mangsanya. Menakutkan, itu adalah kesan yang bisa Kaori dapatkan dari perempuan ini. Semoga saja, Kaori tidak sedang salah ucap, karena rasanya, Kaori yakin dia akan mati jika ia benar-benar melakukan kesalahan itu.

Namun pandangan Kaori segera kembali terangkat saat mendengar suara lain, suara dari perempuan bergaun kuning. Perempuan itu sepertinya tengah bertanya sesuatu, dengan bahasa yang tidak Kaori pahami.

"Lo tau dia ngomong apa?"

Kaori kembali menatap si perempuan berkemeja. Dan seperti yang sudah Kaori duga, dia perlu mendongak karena tingginya hanya mencapai dagu perempuan itu. Dengan patah-patah, Kaori menggeleng, berharap jawabannya tidak membawa petaka.

Belum sempat perempuan berkemeja itu memberi reaksi, ketiganya secara spontan menoleh ketika mendengar suara terjatuh tak jauh dari tempat ketiganya berdiri, dan menemukan dua orang yang jatuh dalam posisi saling memunggungi.

Salah satu dari mereka adalah seorang perempuan berkulit gelap dengan tato ungu yang tergambar di sepanjang lengannya, tato berwarna sama yang juga menghias wajahnya. Dia dengan sigap berdiri tanpa sempat benar-benar terjatuh.

Seorang lagi adalah seorang laki-laki berkulit putih. Rambutnya digelung kecil di atas kepala, tampak acak-acakan dengan pakaian yang aneh. Laki-laki itu cukup tinggi, menyamai tinggi si perempuan berkemeja. Tetapi ketika dia berbalik sambil memanyunkan bibir, Kaori dapat melihat tinggi laki-laki itu hanya mencapai telinga si perempuan berkulit gelap.

Mereka berdua-si laki-laki dan si perempuan berkulit gelap-saling menatap satu sama lain, lalu saling melotot, dan kemudian saling memamerkan wajah yang sepertinya akan memicu peperangan.

|°|°|

Fun fact:
Sampai titik ini, berdasarkan deskripsi Kaori, si perempuan berkulit gelap punya tubuh paling tinggi, si laki-laki#1 sama Elsi setelinganya perempuan berkulit gelap, Kaori sama Alka sedagunya Elsi. Berarti, Kaori sama Alka mungkin cuma sebahunya si perempuan berkulit gelap(?)

Btw, meski di sini Kaori bilang tingginya dia sama kaya Alka, tapi dia nggak lihat Alka pakai sepatu tinggi. Kalu dikira-kira, mungkin Kaori-Alka beda lima senti(?)

260219-rev

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now