Acacio Academy

855 158 85
                                    

Ergo masih menatap lurus Putri Alka yang kini tengah berbicara dengan seorang perempuan asing berkemeja putih dan rok abu-abu. Melihat busananya yang tampak berbeda, pastilah perempuan asing itu merupakan salah satu tamu Acacio Academy tahun ini. Tujuh orang. Itu adalah jumlah yang banyak.

Aula multifungsi yang ramai tampak menjadi semakin ramai. Murid baru dari berbagai daerah memenuhi ruangan, terdengar riuh rendah saling menyapa satu sama lain. Situasi yang selalu sama ketika tahun ajaran baru akhirnya dimulai.

Tanpa sadar, cukup lama Ergo berdiri di mulut lorong, di depan pintu menuju aula. Kesatria terakhir yang mengantar siswa baru melalui lorong ini adalah dirinya, membuatnya terlena dan leluasa mengamati situasi. Ada banyak sekali pintu menuju aula, yang khusus hari ini dibuka seluruhnya. Sangat banyak di setiap dinding-dinding lebar aula, terhubung dengan lorong-lorong dari berbagai arah dan sudut kastil. Aula memang tepat berada di jantung bangunan.

Dinding-dinding aula yang mulai berpendar lembut membuat kesatria itu tersadar. Ergo mundur beberapa langkah sebelum kemudian berbalik, melintasi lorong raksasa yang panjang, lalu muncul di lobi yang bersinar. Pintu kastil yang kini terbuka lebar dan dinding aula yang sebelumnya ia lihat berpendar adalah tanda bahwa acara pembukaan tahunan sudah dimulai. Seluruh siswa terdaftar sudah berada di dalam aula.

Pintu depan kastil yang terbuat dari pualam putih hampir selalu tertutup. Hanya yang berwenang yang bisa membukanya, dan itu termasuk para kesatria. Ketika tahun ajaran baru dimulai, pintu akan dibuka oleh para kesatria penjemput untuk para murid baru, sebuah penyambutan yang penuh kewibawaan, menunjukkan kehormatan. Ketika kedua daun pintu terbuka lebar, itu menandakan tidak ada lagi anak baru yang akan masuk. Oleh penjaga pintu dibiarkan terbuka hingga hari pembukaan berakhir. Salah satu dari beberapa hari istimewa di mana pintu akan dibuka seharian penuh.

"Ergo."

Ergo berbalik, kemudian membalas sapaan hormat dari seseorang yang familiar dengan anggukan singkat.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya Ergo. Keduanya menepi, menjauhi lobi yang mulai diramaikan oleh para kesatria yang tahun ini mendapat tugas penjemputan.

"Awalnya menyenangkan, tetapi tidak, sama sekali tidak menyenangkan. Tamuku sangat mengerikan," jawab lawan bicara Ergo sambil bergidik.

"Dan kamu adalah seorang kesatria pangkat A dengan peringkat satu," sindir Ergo secara halus.

"Sebenarnya, Pak, aku yakin dia adalah salah satu dari kalian, para kesatria inti, yang menyamar ke dunia lain untuk mengujiku," balas orang itu dengan sindiran halus pula.

"Kalau memang semudah itu, semua orang bisa jadi kesatria inti," kata Ergo tanpa nada.

"Oh, ya Tuhan. Kenapa ada orang yang mengerikan seperti itu di dunia sana. Oh, ya Tuhan. Ini pertama kalinya aku bertemu orang yang tidak mau menerima jabat tangan," kata lawan bicara Ergo tanpa memedulikan apa yang Ergo katakan.

Ergo menghela napas diam-diam. Lelaki ini, dia memang kesatria pangkat A, dengan peringkat nomor satu, pula. Dia hebat, kuat, dan cerdas. Tetapi harus Ergo akui, lelaki ini suka berlebihan pada hal-hal yang tidak penting. Mentalnya sedikit suka pada hiperbola.

"Apa yang mengerikan dari tidak mau menerima jabatan tangan? Paling-paling hanya kesulitan membawanya memasuki portal." Seorang kesatria lain berjalan mendekati Ergo. "A1, kalau aku tidak salah ingat, tamu yang kamu jemput hanyalah seorang gadis," lanjutnya.

A1, pemilik pangkat A dengan peringkat nomor satu itu, mengelus-elus gagang pedangnya sambil menunjukkan wajah trauma.

"Kau itu terlalu kaku, A4! Perempuan itu tidak pantas disebut 'hanya', kau tahu?! Lagipula, ya! Ya! Itulah masalahnya! Aku kesulitan membawa perempuan itu memasuki portal dan aku nyaris terancam gagal melakukan penjemputan perdanaku ke dunia lain," sungut A1.

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now