Bagian 4 - Fisikawan Gila

1.1K 191 131
                                    

Piringan-piringan yang dilengkapi semacam tongkat setinggi orang dewasa saling beterbangan cepat di udara. Menimbulkan suara wuss wuss pelan yang kabur bersama angin. Anak-anak maupun orang dewasa yang mengendarainya terlihat santai meski terburu-buru bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

Gedung-gedung pencakar langit yang transparan terus mengubah gambar yang terpampang melalui layar canggih yang menjadi dinding gedung, mengganti gambar iklan satu menuju gambar iklan selanjutnya. Balon-balon udara yang sungguhan berbentuk balon dengan ukuran raksasa, mengambang tenang dengan semacam tali panjang yang mengubungkan mereka ke bumi, menjaga balon-balon itu tetap berada di tempatnya. Drone-drone dengan berbagai macam bentuk dan ukuran jua beterbangan, entah milik siapa entah digunakan untuk apa.

Dunia ini penuh dengan kesibukan. Di tengah ingar-bingar kemewahan berkat kemajuan teknologi yang tak terbendung, pekerjaan setiap orang semakin padat. Mereka harus bekerja dengan rajin dan cepat jika tidak ingin digeser atau tergeser dari eksistensi yang mereka punya. Orang-orang menjadi budak teknologi, meski di saat bersamaan juga memperbudak teknologi, menciptakan keadaan yang seimbang tanpa timpang di salah satu sisi.

Sama seperti seluruh benda lainnya, sebuah motor hitam bergerak dengan tak kalah cepat di bawah sana. Motor besar itu melaju di atas lintasan berwarna biru langit yang bening, sangat cepat hingga roda-roda di motornya tampak seolah tidak bergerak. Motor itu lincah meliuk menghindari mobil-mobil minimalis yang terbang rendah di atas lintasan, mengabaikan gemuruh samar suara kereta bawah tanah yang tanpa sengaja melewati lintasan tak jauh dari permukaan, bisa dibilang berpapasan meski mereka terpisah dalam jarak satu kilometer di dalam tanah.

Pengendara motor itu memakai jaket serta helm hitam yang serba tertutup, tampaknya sangat serius mengendarai motor, mengejar waktu, hingga dia bahkan tidak mengurangi kecepatan ketika mulai mencapai lintasan yang menanjak naik. Dia bahkan tak acuh pada kereta terbang yang baru saja melintas di atas kepalanya, tetap fokus pada keseimbangan motor jenis kuno yang dia bawa.

Motor itu terus melaju sampai akhirnya memasuki sebuah gedung yang setengah terbenam di bawah tanah, hingga yang tampak di permukaan hanya bangunan setengah lingkarannya—itu adalah atap. Setelah bermeter-meter menuruni jalanan yang berputar menurun, motor itu akhirnya berhenti di areal parkir. Tidak cukup berhenti, motor itu menimbulkan bekas gesekan yang cukup panjang sebagai akibat dari aksi mengerem dadakan yang dilakukan pengendaranya.

“Tepat waktu, Jaac.”

Seorang laki-laki berbaju serba putih, dengan mengenakan jas laboratorium yang juga berwarna  putih, berjalan menjauhi pintu lift yang perlahan menutup di salah satu sisi areal parkir. Dia meniti garis panjang bekas gesekan motor, kemudian menatap pelakunya yang kini sedang akan melepas helm.

“Dan ya, sepertinya hobimu bukan kebut-kebutan, melainkan merusak areal parkirku,” ucap si laki-laki berbaju putih dengan sinis.

Jaac—pengendara motor yang dia sindir, dengan wajah tanpa dosa meletakkan helmnya di jok, kemudian turun dari motor, mengibaskan rambut panjangnya yang mulai apek karena tertutup helm entah berapa lama. “Kamu punya cukup banyak uang untuk memuluskannya lagi,” katanya.

Laki-laki itu menatap ban motornya, mengerutkan bibir tak suka. “Bahan apa yang bisa menggantikan karet? Baru saja kupakai sudah seaus ini,” kata Jaac sembari menendang ban.

Si laki-laki berbaju putih kembali menatap bekas gesekan. “Setuju. Bekasnya terlalu dangkal. Merasa seperti akan terpeleset?”

“Tepat. Tapi aku masih selamat.” Jaac memutar kepala, membiarkan tulang lehernya bergemeletak.

“Tapi suatu hari kamu akan terpeleset kalau terus bermain-main dengan ini.”

“Kurasa aku harus mencari tahu dulu dari apa lintasannya sebelum membuat roda baru,” kata Jaac—yang dengan tidak sopannya—mengabaikan kawannya yang sedang berbicara.

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now