003 - Acacio Academy

584 143 73
                                    

"Boleh sekali lagi kubilang kalau aku benar-benar benci bocah tengik itu?" Jaac merengut sembari keluar dari area halaman asrama putra. Murid-murid lain tampak ramai riuh rendah berlalu-lalang di sekitar mereka, tampak baru kembali atau akan pergi ke suatu tempat.

Jaac menatap Atreo yang hanya memutar bola mata menanggapinya. Itu reaksi yang baru, setelah sepagian ini bocah itu tampaknya menganggap kalau Jaac seolah-olah tidak ada. Mungkin, setelah diingat-ingat, karena Jaac terus mengatakan hal yang sama puluhan kali sampai saat ini, cukup untuk membuat Atreo tidak tahan untuk tetap menganggapnya tak kasat mata.

Tetapi itu bukan salah Jaac. Anak yang dia maksud memang sangat menyebalkan. Atreo juga anak yang menyebalkan, tetapi dia masih jauh lebih baik ketimbang teman sekamar mereka yang sangat kurang ajar.

Ha, Jaac bahkan tidak tahu siapa namanya.

"Hei! Jaac!"

Jaac mengalihkan perhatian ketika seseorang memanggilnya, dan itu aneh karena dia tidak mengenal siapapun selain Atreo di sini. Oh, ya, dia kenal. Para anak perempuan.

Jaac balas melambai pada seorang gadis kecil berambut keriting yang baru saja menyapanya dari kejauhan, dan di sekitarnya terdapat lima anak lain yang berjalan dalam kelompok.

Hei, ada satu anak perempuan baru di antara teman-teman perempuannya. Siapa dia?

Jaac dengan semangat berlari kecil mendekati Aalisha—si gadis kecil berambut keriting—yang menawarkan sebuah senyuman lebar yang mendadak mencerahkan pagi kelabu Jaac. Di sampingnya, Alka melambai kecil dengan seulas senyuman manis.

"WOOOW!" seru Jaac ketika menyadari keberadaan Alka.

"Kamu benar-benar terlihat cantik dengan rambut yang digerai, Alka! Wow, kamu terlihat berbeda!" puji Jaac dengan mata yang membola.

Jaac tidak bohong, Alka benar-benar tampak segar dengan rambut bergelombangnya yang digerai. Sebelumnya, rambut gadis itu digelung tinggi dengan pilinan-pilinan rumit dan sebuah mahtoka kecil, seperti putri-putri dalam kartun kesukaan keponakannya. Alka dengan rambut tergerai dan dipadukan dengan seragam yang baru, benar-benar membuatnya menjadi sosok yang berbeda.

"Terima kasih," jawab Alka percaya diri. Sepertinya pujian barusan bukan yang pertama kali untuk Alka.

"Dan, siapa teman baru kita ini? Aku baru melihatnya?" Jaac mengalihkan pandangan pada si anak perempuan baru yang berdiri di belakang Alka.

Tubuh perempuan itu hampir setinggi Elsi dan rambutnya yang kuning tampak begitu mencolok. Dalam jarak sedekat ini, Jaac bisa melihat matanya berwarna kuning atau hijau, Jaac tidak bisa memutuskan yang mana, atau mungkin keduanya—kuning kehijauan. Dan mata itu bersinar begitu cemerlang, mengingatkannya pada mata kucing.

"Haloo! Ya, kita baru bertemu kali ini!" sapa dia membalas perkataan Jaac.

Gadis itu mengembangkan senyuman yang tampak begitu cerah dan ceria. Di satu sisi, Jaac sempat merasakan aura angkuh pada diri gadis itu, aura yang hampir sama angkuhnya dengan aura yang Elsi miliki. Tetapi wajahnya kali ini menyiratkan kehangatan dan keramahan yang luar biasa. Dan mata kucingnya itu menatap Jaac dengan begitu antusias.

"Namaku Lea." Gadis itu sedikit mendorong badannya maju ke sisi tubuh Alka, mengulurkan tangan, yang tentu saja langsung Jaac sambut dengan senang hati.

"Jaac," balas Jaac bangga.

Lea melepaskan jabatan tangannya, mengalihkan pandangan antusias itu ke arah belakang Jaac. "Dan, siapa laki-laki manis itu?" tanyanya.

Aalisha menahan tawa yang sialnya berubah menjadi cekikikan sementara Alka juga berusaha melakukan hal yang sama. Jaac berbalik, menemukan Atreo mendengkus dengan wajah yang sama sekali tidak mengenakkan untuk dikonsumsi oleh matanya setelah melihat cahaya terang benderang dari wajah Lea.

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now