8

3K 270 28
                                    

"Bagaimana menurut kalian?"

Vio membalikkan tubuhnya dari depan cermin besar di kamarnya ke hadapan Alika dan Lona yang tengah duduk di tepi ranjang. Hari Sabtu ini, Vio akan pergi bersama dengan Deni. Ini adalah kencan pertama mereka setelah pendekatan selama seminggu dan Vio ingin tampil sesempurna mungkin di kencan pertama ini.

"Aku sih oke." Alika mengangguk-anggukkan kepalanya tanda jika ia setuju dengan pilihan pakaian Vio kali ini.

"Lona?" Vio beralih menatap Lona

Lona melirik ke arah Alika sejenak dan kembali meneliti penampilan Vio yang memakai skinny jeans biru tua, camisole warna putih yang panjangnya sebatas pinggulnya dan blazer berwarna biru tua juga. "Kau terlihat cantik dan juga modis. Aku rasa, aku setuju dengan pakaianmu."

"Kalian berdua tidak bohong?" tanya Vio lagi.

"Tidak!" Alika dan Lona menjawab bersamaan.

Vio tersenyum lebar dan kembali berbalik menatap cermin besar di depannya. Dia merapikan rambutnya yang di buat bergelombang lalu meraih tas selempang Kate Spade bermotif bunga-bunga kesayangannya.

Vio meraih ponselnya yang berbunyi dari dalam tas bersamaan dengan membalikkan tubuhnya. Dia kembali tersenyum saat menatap ke arah layar ponselnya.

"Deni sudah di luar," ucapnya sembari memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas. Dia menatap Alika dan Lona bergantian. "Terima kasih sudah membuatku. Aku pergi dulu ya."

Dan Vio berjalan keluar dari kamarnya tanpa menunggu lagi komentar Alika dan Lona.

"Apa dia selalu seperti itu?" Lona bertanya saat Vio sudah tidak terlihat lagi.

"Terburu-buru dan tidak sabaran?" Alika tersenyum dan menatap Lona. "Yeah, all the time."

Masih tertawa teringat kelakuan Vio, Alika dan Lona keluar dari kamar dan menuju ke ruang tengah. Mereka memutuskan untuk menonton televisi sembari mengobrol. Alika memutar drama seri Sherlock Holmes yang dibintangi Benedict Cumberbatch, aktor favoritnya. Tidak ada Vio, tidak ada drama Korea hari ini.

"Boleh aku bertanya sesuatu, Al?"

Lona mengajukan pertanyaan saat Alika sudah duduk di sofa di sampingnya dan mendekap mangkuk besar popcorn di pangkuannya. Alika mengangguk dan memasukkan popcorn ke dalam mulutnya.

"Kau mengatakan kau pernah patah hati. Boleh aku tahu berapa lama kau bisa mengatasinya? Mengatasi rindu dan juga rasa sakitnya?"

Alika berhenti mengunyah popcorn di mulutnya dan menelan sisa makanannya dengan susah payah. Ia menaruh mangkuk popcorn di atas meja dan mengelap tangannya dengan tisu.

Lona memperhatikan Alika yang terdiam. "Jika kau tidak mau cerita, tidak apa-apa, Al."

"Tidak." Alika menggeleng dan memaksakan sebuah senyuman. "Aku akan menceritakannya padamu."

Alika memejamkan matanya sejenak dan bayangan wajah tampan Ega kembali ia ingat lagi.
"Aku jatuh cinta pada Ega, pacar pertamaku saat masih kuliah dulu. Dia tampan dan baik. Dia termasuk mahasiswa terkenal karena Papanya adalah pejabat dan dia anak orang kaya."

Lona menatap Alika yang menyunggingkan senyum kecut di wajahnya. Bahunya yang tegak memperlihatkan jika dia tidak nyaman untuk bercerita. Lona sudah akan berkomentar untuk menghentikan saja ceritanya, tetapi Alika sudah terlebih dahulu kembali bercerita.

"Aku juga heran kenapa dia bisa jatuh cinta padaku, yang tidak terlalu cantik dan dari kalangan biasa saja. Setiap kali aku bertanya, dia selalu mengatakan jika dia menyukai kepribadianku, sifat tertutup dan mandiriku. Akhirnya kami berpacaran dan itu adalah saat-saat terindah dalam hidupku. Ega membuat aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Sampai... "

Dewi Cinta [Selesai]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin