25

2.8K 279 51
                                    

Alika menatap sekali lagi ke arah gerbang besi kokoh di depannya. Ini kedua kalinya Alika menatap gerbang yang sama. Ia menggenggam tas selempang kecil berisi ponsel dan dompet. Saat Rumi tadi berlalu dari hadapannya, Alika segera meminjam motor Vio dan menyusul Rumi ke Magnolia. Alika tidak menghiraukan panggilan Aksa dan membiarkan Aksa berdiri di teras rumah, menatap Alika pergi menyusul Rumi dengan tatapan kecewa.

Sayangnya Rumi tidak ada di Magnolia. Deni mengatakan jika tidak di rumah Om Alan pasti Rumi ada di rumahnya. Alika langsung menuju ke rumah Om Alan, tetapi Rumi juga tidak ada di sana. Pilihan terakhir adalah rumah Rumi.

Jadi, di sinilah Alika sekarang, mendatangi lagi rumah besar di depannya demi Rumi.

Satpam yang sama saat ia pertama datang kemarin, melangkah mendekati gerbang. Saat melihat Alika, tatapan curiga di matanya dengan cepat menghilang. Wajah sangarnya melembut sedikit. Ia mengambil sesuatu dari kantung belakang celananya, yang rupanya adalah kunci.

Satpam itu membuka gerbang di depan mereka. "Kau mencari Tuan Ale?"

Alika mengangguk, menatap heran dengan perubahan sikap Satpam tadi sembari masuk ke dalam halaman luas berumput hijau dan rapi itu.

"Aku minta kunci motornya, Nona." Satpam itu mengulurkan tangannya.

Alika memberikan kunci motornya pada Satpam tadi. Dia menyalakan motor Alika, membawanya masuk melewati gerbang dan memarkirkannya di samping pos.

"Motornya akan aman di sini," Satpam tadi berkata sembari menutup gerbang besar dan berjalan mendekati Alika, menyerahkan lagi kunci motor pada gadis itu.

"Jadi, Ale ada di rumah?" Alika bertanya sambil memasukkan kunci ke dalam tasnya.

Satpam tadi mengangguk. "Dia sempat keluar rumah tadi tapi tidak lama. Ayo, aku akan mengantarmu masuk."

Alika mengikuti Satpam yang sekarang sudah berjalan di depan Alika. Langkah lebar lelaki bertubuh tinggi besar itu membuat Alika sedikit kewalahan mengikuti langkahnya. Ia tidak sempat memperhatikan sekelilingnya saat sudah masuk ke dalam rumah. Ia bahkan tidak sempat mengagumi bagaimana megah dan indahnya interior di dalam rumah dengan banyak hiasan berwarna emas itu.

"Aku minta maaf atas sikapku kemarin, sewaktu Nona Alika pertama datang."

Alika sudah hendak bertanya apa maksud ucapannya itu, tapi Pak Satpam bicara lagi, "saat Nona berlari pergi, aku memberitahu Tuan Ale tentang kedatangan Nona. Dan, Tuan Ale marah padaku. Dia minta aku untuk langsung membawa Nona menemuinya jika datang lagi kesini."

"Tidak apa-apa." Alika menjajari langkah panjang Pak Satpam. "Aku seharusnya memberi tahu dulu jika ingin datang."

Pak Satpam berjalan lambat, menatap Alika. "Aku baru tahu jika Tuan Ale memiliki pacar. Selama ini, dia tertutup sekali, berbeda dengan adiknya, Tuan Marco."

Alika hendak menjelaskan jika dirinya bukanlah pacar Rumi. Tapi, Pak Satpam kembali berjalan cepat. Saat ini mereka berbelok ke sebelah kanan. Tepat di pojok, mereka berhenti di depan pintu.

"Ini kamar Tuan Ale, kau bisa langsung masuk, Tidak perlu mengetuk lagi."

Lalu Pak Satpam itu membalikkan tubuhnya dan menjauh. Meninggalkan Alika bediri sendirian di depan pintu. Alika menatap ragu ke arah pintu kamar Rumi.

Ya Tuhan! Apa yang ia lakukan?

Saat tadi menaiki motor sampai ke rumah Rumi, Alika dipenuhi pikiran ingin menjelaskan sesuatu -apa saja- pada Rumi. Tubuhnya dipenuhi adrenalin. Tapi, saat jantungnya sudah tidak terlalu berdebar lagi, saat akal sehatnya mulai kembali lagi, Alika mempertanyakan kenapa ia datang kesini.

Dewi Cinta [Selesai]Where stories live. Discover now