#12 - Kereta Pagi Hari

3.4K 346 101
                                    

🎵Mandy Moore - Only Hope

Happy Reading

Paginya, suasana gaduh memenuhi kediaman Singto. Bagaimana tidak gaduh, Singto tengah menarik Windy menyuruh gadis itu untuk segera bangun dan mandi. Sungguh beruntung Singto memiliki kunci duplikat kamar Arthit yang saat ini ditempati oleh Windy. Sehingga ia dengan bebas masuk dan membangunkan gadis yang tak kunjung bangun itu.

"Jika kau tidak bangun, aku akan menyeretmu dan menenggelamkanmu kedalam bathup" Ancam Singto.

Windy hanya membuka setengah matanya dan melirik Singto dengan malas. Windy tak habis pikir, kakaknya bangun begitu pagi sekali. Ini masih pukul 5 pagi yang bahkan matahari saja masih mengintip malu – malu dari arah timur.

"Phi, ini masih pagi sekali" Rengek Windy.

"Kau harus pulang pagi ini, aku sudah menyiapkan tiket kereta untukmu"

Mata Windy seketika membelalak mendengar kakaknya terdengar seperti mengusirnya. Ia terduduk dan menatap kakaknya dengan wajah protes.

"Kapan kau membeli tiketnya?" Tanya Windy.

"Kemarin dan pukul tujuh nanti keretamu akan berangkat, aku tidak mau tau kau harus siap semuanya tanpa ada yang ketinggalan dalam waktu satu jam"

Setelahnya Singto keluar dari kamar Windy dengan santai.

"Yakk!! Phi kau kejam!!" Teriak Windy.

Singto kembali ke kamarnya, ia tersenyum melihat Arthit yang masih tertidur dengan pulasnya. Singto naik keranjangnya dan mengamati wajah ayu Arthit. Dibelainya wajah Arthit sambil berbisik membangunkannya.

"Arthit, bangun sayang sudah pagi"

Tidak ada pergerakan dari Arthit, Singto menghela nafasnya. Ia mencoba membangunkan Arthit kembali. Kali ini ia menepuk lembut pipi Arthit.

"Sayang ayo bangun.."

Arthit pun menggeliat namun tetap memejamkan matanya. Akhirnya Singto pun membangunkan Arthit dengan cara mengulum daun telinga Arthit.

"Ahh!" Desahnya geli saat merasakan sesuatu di telinganya. Ajaibnya Arthit langsung terbangun pada saat itu juga. Singto tertawa dalam hati melihat wajah Arthit yang masih tampak mengantuk itu.

"P'Sing kenapa membangunkanku pagi sekali?" Tanyanya dengan wajah ngantuk dan suara yang terdengar parau.

"Sekarang segera mandi terus kita sarapan bersama, kita akan mengantar N'Windy pulang"

"Dia pulang sekarang?" Singto mengangguk.

.

Tak lama kemudian, Windy maupun Arthit pun sudah siap. Mereka turun ke bawah menuju meja makan. Disana sudah ada Singto yang duduk sembari membaca koran paginya. Windy dan Arthit duduk ditempat duduk masing – masing. Mereka terkesiap melihat meja makan sudah penuh dengan lauk pauk. Sepertinya Singto sudah menyiapkan semuanya.

"P'Sing yang menyiapkan semua ini?" Tanya Windy.

"Tentu saja, memang siapa lagi?" Balas Singto dengan bangganya.

Windy mendengus mendengar perkataan kakaknya ini. Sedangkan Arthit tak peduli, ia mengambilkan nasi juga lauk ke piring Singto dan Windy.

"Hoii, kau benar – benar istri yang baik ya.." Puji Singto.

"Tentu saja, aku adalah istri yang..." Arthit terdiam tidak meneruskan kalimatnya. Bola matanya bergerak – gerak resah seperti bingung.

Melihat hal itu, Singto dan Windy menatap Arthit dengan cemas. Singto menyentuh pundak Arthit dan membuat pemuda itu berjengit.

Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]Where stories live. Discover now