Special Chapter: Keluarga Ruangroj

3.5K 291 108
                                    

Hello..ku hadir kembali bersama keluarga Ruangroj. Dah siyap baca cerita ga jelas ini wqwqwq...

Emm...ini ku private ya Gaess becos, ada adegan enaenanyaa...

Warning Gaess

Buat kalian sobat pecinta FF Peraya harap bijak dalam membaca. Sadar umur yakk, kalo belum cukup umur jangan ngeyel baca entar ga bisa tidur kan repot jadinya...

.

~Selamat Membaca~
🔞🔞🔞

Singto POV.

Aku mengayuh sepedaku dengan kecepatan penuh sembari tertawa nista. Dibelakangku agak jauh ada adikku mengayuh sepeda menyusulku, sesekali kutengok kebelakang dia tertinggal jauh. Tak peduli akan hal itu aku tetap mengayuh sepedaku.

Hingga kini aku berada di sebuah lapangan. Disana banyak anak sedang menghabiskan waktunya dengan bermain sepak bola. Sembari menunggunya aku turun dari sepeda dan kuparkirkan sepedaku dibawah pohon yang tampak rindang. Aku duduk diatas rerumputan dan meletakkan tasku disebelahku. Ya aku baru saja pulang sekolah. Bahkan aku masih memakai seragam lengkap.

"Hah..hah...P'Sing kau curang!" Serunya ketika dia sampai ditempatku istirahat.

"Siapa yang curang, aku tidak curang. Kau saja yang lelet.." Balasku.

Ia memarkirkan sepedanya disebelah sepedaku kemudian duduk disampingku.

Pluk..

Kurasakan kepalanya bersandar pada bahuku. Sepertinya dia sangat lelah sekali. Lihatlah keringatnya yang membasahi pelipisnya hingga poninya terlihat lepek.

"Capek?"

"Apa perlu ditanyakan lagi Phi? Tentu saja aku capek.."

"Salah sendiri mengajak balapan sepeda.."

Dia mengangkat kepalanya dan menatapku sembari mengerucutkan bibirnya imut. Ahh adikku ini memang menggemaskan.

"Seharusnya P'Sing mengalah, kan P'Sing seorang kakak.." Ujarnya.

Aku terkekeh mendengar ucapannya barusan.

"Arthit...perlombaan dimana – mana itu harus sportif tidak ada yang namanya kakak harus mengalah pada adiknya"

Arthit menghendikkan bahunya tak peduli. Kemudian kuacak rambutnya yang berkeringat itu. tapi dia menepis tanganku, tampaknya dia risih dengan apa yang kulakukan padanya atau dia marah karena aku memenangkan balapan sepeda kami barusan.

Kami menikmati warna jingga matahari senja tampak indah sore itu. Pandangan matanya tampak lurus menatap sang matahari. Aku menoleh kearahnya, jika dia menikamati matahari terbenam, aku menikmati wajahnya yang diterpa sinar jingga matahari.

Arthit ini adikku, adik kandung yang entah kenapa aku merasa sangat menyayanginya bahkan seperti tidak ingin jauh – jauh darinya.

"P'Sing ayo pulang nanti Pho mencari.." Celetuknya sembari berdiri dan menepuk celana seragamnya.

Aku mengangguk dan mulai berdiri. kami pun mengayuh sepeda pulang kerumah sebelum langit berubah menjadi gelap. Aku dan Arthit memang seperti ini setiap harinya, berangkat dan pulang dengan menggunakan sepeda. Aku dan Arthit berada di sekolah yang sama jadi kami selalu bersama.

Sesampainya dirumah kami disambut oleh adik perempuan kami, Windy. Ahh adikku yang satu ini juga tak kalah menggemaskannya dari Arthit. Dia masih kecil masih berada di jenjang prathom atau sekolah dasar. Sedangkan aku dan Arthit kami sudah memasuki jenjang menengah pertama atau mattayom, aku M3 sedangkan Arthit masih M1.

Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang