Epilog

6.1K 430 263
                                    

Hello gaess... Ku balik lagi bawa epilog btw...

⚠WARNING⚠
BAGI KALIAN YANG BELUM ADA PANGGILAN BIKIN KTP DARI DAERAH SETEMPAT HARAP JANGAN BACA, BAHAYA, KU GAMAU KALIAN TERKONTAMINASI DAN BAGI YANG UMURNYA DAH TUWIR JANGAN BACA MENDING TOBAT SAJA wqwq
Trus yang baca sapa dong :((
YANG DIBOLEHIN BACA CUMA ORANG2 BANDEL YANG BIJAKSANA *paan sii 😅😅😅

🔞🔞🔞

Ditengah teriknya matahari, seorang pemuda tengah berdiri sembari menangkupkan kedua tangan dan memejamkan matanya. Ia berdiri didepan sebuah chedi tempat penyimpanan abu orang yang sudah meninggal. Ya, dia sedang berada di sebuah pemakaman.

Tak dipungkiri dirinya merindukan sosok yang kini telah menjadi abu. Orang yang pernah dicintainya. Setelah selesai berdoa, ia membuka matanya. Seulas senyuman tersemat diwajahnya.

"Hello, apa kabarmu disana? Aku datang menjengukmu. Apa kau tau? Semua hal berat yang kujalani sudah berlalu, kini aku melanjutkan hidupku dengan bahagia. Aku menemukan sebuah kebahagiaan pada akhirnya walaupun itu bukan denganmu lagi. Aku tidak pernah menyesal mengenalmu, mencintaimu, bahkan hidup bersamamu. Aku hanya menyesali hal yang dapat merubahmu saat itu. seandainya saja....ah, bahkan untuk mengatakan kata seandainya saja tidak akan ada habisnya. Penyesalan itu pasti ada tapi mau bagaimana lagi, seperti inilah perjalanan hidup yang kita pilih. Ini sebuah takdir. P'Peck...terima kasih atas segalanya, kuharap kau bahagia disana..."

Tiba - tiba ada sebuah bayangan didekatnya. Tubuh yang tadinya terkena panas sinar matahari tiba – tiba menjadi teduh.

Ia mendongak keatas, sebuah payung melindunginya. Lalu menolehkan kepalanya kesamping, ada sosok pria yang dicintainya sedang memegang payung memayungi tubuh mereka berdua. Kota Bangkok hari ini memang terik.

"Aku tidak mau istriku kepanasan.." celetuknya.

"Justru kau seperti bodyguardku sekarang.." balasnya.

"Memang aku bodyguardmu. Orang yang akan melindungimu dari segala hal apapun itu..."

Ia tersenyum mendengarnya. Ini terdengar seperti roman picisan lawas yang sering ia dengar di televisi.

"Sekarang kau pandai menggombal.." Gerutunya. Pria itu hanya terkekeh pelan.

"Setidaknya kau menyukai gombalanku.." Balasnya.

"Kau tidak malu menggombaliku didepan pusara P'Peck?"

"P'Peck tidak keberatan Krist.."

Krist hanya mendengus mendengarnya.

"Ahh...aku jadi merindukan P'Peck.." Ucap Krist dengan tatapan menerawang sembari mendongak menatap awan. Kali ini Singto yang gantian mendengus.

"P'Sing..." Panggilnya.

Singto hanya berdehem menanggapinya.

"Antar aku ketempat mereka ya, aku merindukan mereka.."

Singto tersenyum sembari mengusak pucuk kepala Krist. Krist benar – benar orang yang sangat baik, tidak salah ia memilihnya.

"Aku akan mengantarmu..."

.

Kini Singto dan Krist berada di sebuah gedung, mereka berjalan menyusuri koridor. Banyak orang berlalu lalang dengan tidak jelas. Terkadang mereka merasa was – was jika saja ada yang menyerang mereka secara tiba – tiba.

Jelas saja, mereka berada di sebuah rumah sakit jiwa. Krist melingkarkan tangannya erat di lengan Singto. Hingga sampai diruangan tempat tujuannya.

Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]Where stories live. Discover now