#37 - Careless

3.3K 357 188
                                    

Gaess..dah siap baca prahara yang tida abis - abis ini >,<!

.

"Presdir, pihak perusahaan yang menandatangani kontrak dengan perusahaan kami kemarin meminta rugi karena ada beberapa barang yang kami kirim tidak sesuai dengan perjanjian awal..."

"Presdir, bagaimana ini. beberapa buruh yang bekerja meminta upah mereka.."

"Presdir, jika kita seperti ini terus Sangpo Corp. hanya akan tinggal nama.."

"Presdir, Tuan Tawan membatalkan meeting hari ini.."

"Presdir, beberapa barang yang kita kirim mengalami retur.."

"Presdir..."

"Presdir..."

"Presdir..."

"Aaaarrgghhh!!!" Pria tampan itu berteriak sembari melempar semua dokumen diatas mejanya. Matanya terpejam lelah, laporan keluhan untuk perusahaan Sangpo Corp. begitu banyak. Ia rasa semakin hari semakin banyak masalah yang datang.

.

.

Mark membaca sebuah koran. Senyum tersungging dibibirnya. Pemberitaan tentang mantan istrinya, Yui sudah tersebar di media masa seantero Thailand.

"Dia sudah meluncurkan serangan rupanya..Bagus Krist, lanjutkan..!" Gumam Mark.

Mark melipat korannya, dilihatnya Singto yang berjalan tergesa sembari memakai jaketnya.

"Mau kemana Sing?" Tanya Mark.

"Ke rumah sakit menjenguk ayahku.." Jawab Singto dingin.

Mark mengangguk. ia sedikit heran dengan perubahan sikap Singto yang terkesan datar dan dingin. Mark tidak tahu apa yang terjadi pada Singto. Bertanya pun Singto tidak akan menjawabnya. Mark menghela nafasnya, mungkin saja Singto sedang ada masalah.

Singto memasuki mobilnya dan melaju dengan kencang. Wajahnya benar – benar datar tak ada ekspresi apapun disana. Sesampainya ditempat tujuannya, ia turun dan berjalan menyusuri sebuah pemakaman. Langkahnya menuju ke sebuah chedi penyimpanan abu Arthit.

Didepan makam Arthit ia memnjatkan doa dengan menangkup kedua tangannya dan memejamkan matanya. Singto membuka matanya yang kini sudah berkaca – kaca.

"Arthit, sayang...aku sudah menemukannya. Sekarang aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, dia orang yang Phi cintai. Arthit kenapa takdir ini begitu kejam? Kenapa disaat Phi menyerahkan seluruh hati Phi padanya ternyata dia orang yang selama ini Phi cari karena telah membuatmu meninggalkan kami selamanya. Kenapa Arthit hiks..." Singto menumpu kedua lututnya keatas tanah. Menangis, air matanya meleleh mengingat mobil yang dikendarai oleh Krist.

"Arthit, bisakah aku membencinya disaat aku mencintainya?" Singto mengepalkan tangannya dengan erat.

.

.

Krist menerima telepon jika perusahaan sedang mengalami kekacauan. Krist tersenyum miring mendengarnya.

"Baiklah, aku akan kesana melihatnya.."

Krist menutup telponnya, meraih kunci mobilnya. Krist memasuki mobilnya dan mulai menancapkan gasnya. Saat mobilnya keluar dari gerbang rumahnya, tanpa Krist sadari ada sebuah mobil yang mengikutinya. Sebelumnya, mobil tersebut terparkir tak jauh dari kediaman Sangpotirat.

Singto, mencengkeram erat kemudi mobilnya. Tatapan matanya fokus pada mobil audi putih didepannya. Mobil yang diikutinya menuju sebuah area perkantoran. Mobil Krist terparkir di basement Sangpo Corp. Singto masih mengikutinya. Ia juga memarkirkan tak jauh dari tempat mobil Krist terparkir.

Hello Goodbye [Singto X Krist - Completed]Where stories live. Discover now