13

972 76 0
                                    

Lantas bagaimana aku bisa tahu nama perasaanku ini padamu?
Jika aku terus membiarkan debaran ini terbagi-bagi.

♡♡♡

"Naik!" Aku memandang Affan yang mengenakan helmnya saat ini. Aku masih ragu untuk naik atau tidak. Karena Aldi juga tidak terlihat, jadi kurasa Affan tidak perlu mengantarku pulang.

Aku berdehem, "Gue pulang sendiri aja, nggak papa kok." Aku menatap Affan tidak enak. Affan mengancingkan tali helm. Bisa kutebak kalau Affan sedang menaikkan sebelah alisnya.

Aku menunduk, berpura bermain tanah dengan ujung sepatuku. "Nggak, gue kan udah bilang lo gue anterin." Aku menatap Affan.

"Ya serah gue lah, lagian gue juga nggak mau lo anter pulang." Aku berujar seketus mungkin.

"Bareng gue Revalda Nesya." Aku melotot ketika dia mengucapkan sembari menekankan tiap katanya. Memangnya dia bos?

"Ogah." Aku berbalik, ingin meninggalkannya. Namun lenganku sudah dicekal dan aku merasa tubuhku sedikit limbung karena lenganku ditarik ke arahnya.

Oh bukannya, seperti drama-drama percintaan yang bergerak lambat, atau langsung terdengar lagu romantis karena adegan Affan menarikku.

Dug

Aku mendapati kepalaku tepatnya pada bagian keningku terbentur helmnya dengan keras. Pasti membenjol.

"AWW" Aku mengaduh keras sambil mengusap keningku dengan tangan kananku. Aku menatap tajam pada Affan yang terkejut balas menatapku.

"Lepasin, sakit dugong!" Aku meneriaki Affan tanpa peduli sekitar yang mulai memperhatikan kami.

Bukannya minta maaf kemudian melepaskanku, dia semakin menarik lenganku kearahnya. Aku membelalakkan mata. Ini tidak boleh dibiarkan, aku bahkan hampir lupa bagaimana tabiatnya Affan. Dia seorang penjahat kaum hawa, pergi adalah solusi, tapi bagaimana merealisasikannya?

Aku mencoba melepaskan tangannya pada lenganku yang sangat sulit kulakukan karena memang lenganku lebih kecil dari genggaman tangannya.

"Berhenti dan dengerin gue!" Aku berhenti namun tetap menatapnya tajam.

"Anggap aja ini balas budi, lo bantuin gue balik." Aku kembali membelalakkan mataku ketika Affan berujar lirih sambil mengelus keningku yang menyantap helmnya tadi.

Aku menahan nafasku akan situasi seperti ini. Jantungku melaju dengan cepat, panas menjalari seluruh wajahku. Aku yakin siswa lain memperhatikan kami.

"L-lo ngapain?"

"Gue minta lo nolongin gue balik, please!" Tangan Affan beralih mengusap rambutku sambil mengedipkan matanya padaku. Melepas helm nya, lalu menunjuk sesuatu dibelakangku.

Aku menoleh, disana aku melihat segerombolan wanita yang entah siapa namanya tengah menatap tajam padaku.
Aku kembali manatap Affan bingung.

"Mereka fans gue." Ucap Affan percaya diri. Aku memutar bola mata malas.

"Terus hubungannya sama gue?"

"Mereka nganggep gue ikan asin dan mereka nganggep diri mereka kucing garong. Gue nggak mau jadi santapan mereka lah." Dia mengedikkan bahunya percaya diri dan menyeringai padaku.

Aku tersenyum samar sambil menggelengkan kepalaku. "Banyak cincong lo, ya udah ayo!"

Affan melebarkan senyumnya membuatku memutar bola mata kembali. Aku menaiki boncengannya.

"Kenapa helm lo nggak dipake?" Pasalnya Affan hanya mengalungkan helmnya pada pergelangan tangannya tanpa memakainnya.

"Kalo lo nggak gue juga nggak."

Semu [Completed]Where stories live. Discover now