Epilog

2K 99 21
                                    

Kata hati mengatakan, pertemuan kita akan menjadi kenangan

♡♡♡

Telolet     Telolet

Aku menghembuskan nafas terkejut seraya meraih ponselku yang ada disaku celana jeansku. Lantas melihat panggilan disana, mengalihkan perhatianku sejenak dari debaran menggila ini.

Untung saja, ada yang menyelamatkan jantungku ini.

"Halo pa."

"Kamu dimana sayang? Sudah sore kamu belum pulang?"

"Alda masih di danau pa. Bentar lagi Alda pulang." Ucapku parau.

"Sayang-"

"Iya pa Alda tau. Alda masih belajar."

"Ya sudah, Hati-hati kalau pulang!"

Aku mengangguk sambil membekap mulut menahan isakan yang datang. Mematikan panggilan sesegera mungkin, enggan memperlihatkan duka kepada papa.

Ternyata gemelut rindu itu menggerumbul kuat menjadi satu dalam satuan raksasa. Menyebabkan guncangan-guncangan tiap kali terpatri suatu cerita.

Ternyata sampai sekarang, hatiku dan ragaku sendiri tidak pernah mau menerima kenyataan. Enggan menjauh. Hanya kepergian yang menyisakan duka. Jika sesuatu yang teramat dicintai pergi, bukankah hanya ada duka dalam tiap tarikan nafas tak beraturan?

Dimana suka, saat duka meminta dihancurkan?

Kemana bahagia, saat derita meminta dibumi hanguskan?

Sudah lima tahun berlalu, ternyata melupakan sosok Aldi adalah khayal juga fakta yang tak tersampaikan tak mampu diwujudkan.

Sudah lima tahun berlalu, saat keadaan benar-benar berubah. Membuat derita semakin nestapa. Benar-benar mematikan hatiku hingga tiada rasa.

Sudah lima tahun berlalu, kekosongan menggelayut seolah benalu menemukan inangnya. Kekosongan itu, tetap akan mengikis. Bukan untuk diperbarui, namun untuk hancur.

Sudah lima tahun berlalu, keseluruhan dari diriku berduka. Berduka karena memang kita berpisah.
Kukira penantian masih bisa berpihak, namun penantian juga bisa menipu dalam bentuk ketidakpastian.

Sudah lima tahun berlalu, bukan ketidakpastian yang kualami. Namun kepergian. Jiwaku juga pergi dan hatiku memilih mati.

Sudah lima tahun berlalu, namun aku masih sangat sering menghayal kenangan pahit manis kami, dengan akhir cerita tangis penyesalan.

Sudah lima tahun berlalu, seorang Aldika Wijaya meninggalkan pemilik hatinya. Bukan untuk menjadi satu bagian.

Namun, untuk selama-lamanya.

Rasa-rasanya waktu tidak memberi keadilan bagi serpihan hati yang terluka ini, waktu membunuhku secara cepat, membuat khayalan dan impianku musnah, membuat cintaku pergi.

Aldi sudah tenang di alam nya sana

Dan, aku mati didalam jantungku yang tengah berdetak.

Ya, sudah lima tahun berlalu. Aldi meninggalkanku, kembali pada pelukan sang pencipta. Meninggalkan diriku untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.

Aldi benar-benar meninggalkanku.

Menyisakan cintanya pada hatiku yang mati. Mengelabuhiku, padahal kami ada dalam peristiwa yang sama.

Satu hal yang ku benci darinya, dia selalu memilih berkorban dari pada berjuang.

Apa yang lebih baik dari itu? Tapi, dengan itu Aldi harus kehilanganku dan aku teramat kehilangannya.

Semu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang