19

825 74 0
                                    

Jika ada yang bertanya padaku apa itu hakikat cinta?
Aku tidak akan menjawab sebelum aku menemukan hakikat cinta itu sendiri.
Karena dia belum datang padaku untuk menunjukkannya.

♡♡♡

Astaga, aku bahkan belum bernafas dengan benar ketika melihatnya diluar kelasku dan ditambah dengan tiba-tiba dia mengejutkanku dengan ucapannya.

"Pulang bareng gue!" Wajahnya menyiratkan permohonan walaupun mimik wajahnya tenang. Lagian kenapa dia ada didepan kelasku dan mengajakku pulang bersama?

Aku masih ingat ketika memintanya agar tidak menampakkan wajahnya di depanku. Belum juga lama, aku sudah melihatnya lagi.

"Nggak. Gue di jemput." Ketusku sambil bersidekap. Menampilkan wajah se songong mungkin.

Harusnya aku kembali dalam mode tenang terkendali bukannya perasaan gugup dan debaran kencang yang berusaha ditutupi.

Dia mengusap rambutnya kebelakang, untuk sesaat mengalihkan fokusku. Membuatku semakin menggila karena dengan bodohnya aku menikmati pesona yang dipancarkan olehnya.

"Lo bareng gue!" Ucapnya kembali dengan penekanan yang tidak terlalu kentara. Aku mendengus dan menggelengkan kepala.

Keras kepala sekali. Eh, apa kabar diri sendiri?

"Nggak." Aku menyelipkan rambut dibelakang telinga dan ingin berlalu pergi.

"Pulang sama gue atau lo gue gendong!" Seketika aku berhenti. Dengan masih membelakangi aku melototkan mataku. Semoga saja tidak menggelinding.

DASAR KAKI KAMPRET KENAPA BERHENTI!!!

Aku menyalahkan kaki ku sendiri karena mau-maunya berhenti karena ancamannya seakan mengakui jika seluruh fungsi tubuh ini takut karenanya.

Aku membalikkan badan dan kembali terkejut karena ternyata dia sudah ada di depanku.
Hal bodoh yang kulakukan selanjutnya adalah memandangi kaki Aldi yang terbalut sepatu hitam.

Aku berpikir, apakah Aldi terbang hingga langkahnya tidak dapat kudengar? Atau Aldi berjinjit dan berniat mengagetkanku?

"Pulang bareng gue?" Aku kembali mendongak dan menyesal secara bersamaan, karena sekali lagi aku dilemahkan oleh mata teduhnya.

Untuk menutupinya, aku menatap tajam matanya. "Gue kan udah bilang gue dijemput."

"Telfon bilang nggak usah jemput.... atau gue aja yang bilang!" Terdengar seperti perintah bukan permintaan. Aku menggaruk hidungku karena kesal.

Dan jika aku melakukannya maka akan terbongkar kalau sebenarnya aku ini naik angkutan umum. Belum selesai aku berpikir untuk mencari kebohongan selanjutnya, Aldi sedah menyela.

"Mana hp lo?" Aldi menjulurkan tangannya.

"Nggak usah!"

"Gue ambil sendiri kalau gitu." Aku benar-benar melebarkan mataku. Bagaimana tidak, aku meletakkan hp di saku seragam atasku tepat di bagian dada sebelah kanan.

Dengan refleks cepat aku menyilangkan tangan di depan dada. Bermaksud mengantisipasi. Oh astaga dasar otak mesum!

"Lo!" Aku mendesis menunjuknya dengan telunjuk. Saat melihat dia menyeringai aku membawa tanganku untuk bergaya mencakarnya tak lupa dengan wajah semirip singa.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now