36

676 70 0
                                    

Visualisasi dan Imajinasiku sudah dipenuhi oleh kamu.
Jadi, tidak perlu lagi mencari selain kamu.

♡♡♡

Aku tidak memudahkan diriku untuk jatuh hati sebelumnya, aku juga tidak memudahkan diriku untuk melemah hanya dengan untaian kata, sebelumnya. Ini juga kondisi rumit, hatiku yang memudahkannya. Entah itu dianggapnya kebutuhan atau keinginan.

Sebelumnya aku tidak terganggu. Namun, untuk beberapa saat aku akan terganggu. Hal yang menggangguku adalah keyakinan.

Dapatkah suatu keyakinan menetap hanya dengan menerima suatu bahasa, ucapan atau aksara?

Bukan hanya itu yang mendasari suatu keyakinan. Namun, lagi-lagi masalah hati. Kemudian dilanjutkan dengan ucapan, barulah dilaksanakan dengan tindakan.

Tindakan mempunyai peran penting dalam menciptakan suatu keyakinan. Jika menyangkut dia, aku ingin percaya karena tindakannya mendasari keyakinan, namun aku tetap ragu. Ragu dengan beberapa ucapannya.

Terkadang kebanyakan manusia tidak akan merasa puas hanya dengan satu tindakan maupun satu ucapan. Menuntut berlebih? Itu manusia.

Aku menghela nafas kasar sambil memelototi ponselku tiada hentinya. Setelah mendapati suata fakta yang menghantam kepalaku telak, aku benar-benar merasa resah. Karena ini tidak semudah yang dibayangkan.

Sudah seminggu sejak insiden Joshua dan pernyataan suka Affan, Affan tidak masuk sekolah sama sekali. Yang ku tahu sesuai Absen kelas dengan keterangan izin empat hari dan sakit dua hari. Aku tidak tahu bagaimana yang sebenarnya, apa itu hanya alasan Affan untuk menghindar atau memang Affan benar-benar izin.

Ingin sekali perasaan ini tidak perduli,dan melupakan pernyataannya. Namun, selalu saja gagal berulang. Aku sangat ingin tahu bagaimana kondisi Affan atau setidaknya dimana dia.

Beberapa hari yang lalu Aldi memintaku untuk menghubungi nya. Namun, tidak pernah bisa kulakukan. Aku terlalu gemetar.

Karena terlalu asyik menatapi ponselku, aku sampai tidak mendengar pintu kamarku terbuka.

"Alda?" Aku menatap kearah pintu dan melihat ada mama disana membawakanku semangkuk biskuit coklat. Aku tersenyum kecil dan mama berjalan menghampiriku.

Hanya itu energi ku beberapa hari ini.

"Alda nggak ke bawah? Papa lagi nonton bola. Biasanya kamu antusias banget?" Mama meletakkan mangkuk itu diatas nakas dan beralih mengusap lenganku.

"Alda lagi malas ma."

Mama mengamati wajahku sebentar, "Kamu kenapa? Beberapa hari ini kayaknya kamu lemes banget, berantem sama Aldi?"

Mana bisa aku bertengkar dengan Aldi? Alasan untuk bertengkar saja sudah habis. Bagaimana mau bertengkar, saat aku hampir melayangkan untaian kata pedasku, Aldi sudah membungkamnya terlebih dulu dengan untaian kata manisnya.

"Mau berantem masalah apa coba? Alda cuman lagi capek aja akhir-akhir ini."  Ucapku meyakinkan mama.

Mama menatapku curiga. Ah, jika sudah seperti ini berarti mama menuntut sedikit cerita dariku. Dan aku belum siap.

Astaga, sebuah ingatan menghantamku seketika. Entah menjadi penyelamat atau penghancur.

"Mama udah dapat informasi tentang papa?" Tanyaku pelan.

Ku amati mama yang sempat menegang sesaat, kemudian wajahnya menjadi sedikit santai walaupun menyiratkan keengganan.

"Belum, dia bekerja tidak hanya di satu daerah Alda, dan mama belum menemukan informasi apapun. Mungkin waktu itu dia sedang ada pekerjaan disini dan sudah kembali." Mama menenangkanku dengan membelai rambutku pelan.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now