31

694 73 7
                                    

Dengan kamu, aku akan selalu tersenyum. Karena hatimu milikku dan aku mengupayakan hanya kamu pemilik hatiku.

♡♡♡

Aku menggeliat dan mengucek mataku karena merasa tidur panjangku terganggu, aku yakin ini masih tengah malam. Lalu aku bangun dengan lunglai seraya meraih ponsel ku diatas nakas. Aku kembali mengucek mata dan merenggangkan leherku sampai berbunyi suara.

Aku membelalakkan mata melihat penelpon yang baru masuk. Lantas mataku mencari-cari jam di dinding. Dan disana aku membelalak melihat pukul berapa sekarang, 04.15. Tiba-tiba dering tanda panggilan masuk berhenti. Aku terus menatapnya seolah ponselku akan kembali berbunyi.

Aku mendesah dan melempar ponselku saat panggilan masuk itu tidak datang kembali. Hampir saja aku memejamkan mata untuk melanjutkan tidur namun terhenti karena sebuah dering panggilan masuk itu datang kembali. Aku belum sempat menghitung berapa kecepatanku untuk bangun lalu meraih ponsel dan mengangkatnya. Yang pasti itu sangat cepat.

"Halo."

Shit

Aku belum minum air mineral ataupun mencoba berbicara, Alhasil suara yang keluar dari tenggorokanku terdengar serak yang terlalu bersemangat. Astaga, aku penasaran akan reaksinya.

Aku hanya mendengar tawa kecil dari ujung sana. Ah, ternyata dia biasa saja.

"Udah pagi."   Aku tersenyum lebar.

"Dan kamu ganggu!" Aku berpura ketus.

Ingat rasa seseorang yang sedang kasmaran? Gila, bodoh? Bahkan itu saja tidak cukup.

"Cewek itu harus bangun pagi, masak sana!"

"Nggak bisa bangun pagi dan nggak bisa masak."

"Gitu aja terus, sampai jodoh kamu dipatok ayam!"

"Emang kamu dipatok ayam?" Eh?

Seketika aku menampar mulutku kencang. Lagi-lagi mulut ini membuat masalah dengan ucapan yang tiada rem-nya. Aku mengerutkan kening dengan pipi yang memanas, malu.
Aku tidak mendengar suara apapun disana, deru napas pun juga tidak terdengar. Hanya hening.

"Aku suka kodenya." Aldi tertawa kecil.

Dan aku berharap mesin waktu itu benar-benar ada untuk menenggelamkan wajahku ditengah samudra. Aku hanya diam sambil menyisakan kegugupan, membantahpun juga tidak.

"Buatin sarapan ya?"

"Hah?"

"Buatin sarapan!"

"Ke-kenapa? Sarapan sendiri dirumah!"

"Mau cobain masakan kamu, sebelum dipatok ayam."

Tuutt tuutt.

Bukan Aldi yang mematikannya, tetapi tanganku sendiri yang tergesa mematikannya sebelum aku melakukan hal ekstrim seperti berteriak, menggedorkan kepala ke tembok ataupun menyanggupi ucapannya dengan sangat antusias.

Aku menyadari sepenuhnya perasaanku hingga aku merasa kacau jika tidak mengatakannya.

"Aldi stres!! Kenapa lo bikin gue semakin suka sama lo sihhhh?! Hhuu, kalau gini terus bisa gue santet juga lo!" Ucapku stres.

******

Aku menghela napas gusar ketika memindai seluruh isi dapur. Hal yang paling malas untuk kutekuni adalah memasak, dari dulu. Dan kini seolah aku berada dalam kesulitan terbesar karena aku tidak tahu harus memasak apa. Aku ingin mengabaikan permintaan Aldi, namun lihat aku malah dengan pasrah berdiri di depan kompor seakan menyetujui alih-alih menolaknya.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now