38

806 74 2
                                    

Penipuan itu suatu ke-egoisan dalam persahabatan dan hubungan.
Penghianatan itu suatu laju rawan kehancuran.
Dan, kejujuran adalah kesepakatan tanpa kompromi yang bersifat terpuji dari Tuhan.
Jujur itu pahit, namun baik.

♡♡♡

Setibanya di sekolah, aku tidak segera pergi ke kelas Aldi ataupun kelasku terlebih dahulu untuk meletakkan tas, melainkan aku lebih memilih memenuhi panggilan alam yang tiba-tiba menyeruak. Memasuki toilet cewek, terdapat wastafel dan kaca besar lalu ada jalan kecil untuk menghubungkan pada toilet-toilet. Menurutku, sekolah ini benar-benar luar biasa menjaga kebersihan juga kenyamanan muridnya.

Setelah selesai dan bernafas lega, aku merapikan pakaianku dan dasiku. Saat aku hampir memutar kenop pintu, aku mendengar suara pekikan dari seseorang yang kukenal,

"Mau sampai kapan lo sembunyiin hal ini?" Pekikan dari seorang cewek itu terlontar dengan sedikit geram, Ica.

Aku sedikit menempelkan telingaku ke dinding agar dapat mendengar lebih jelas lagi, menumpukan kedua tanganku disana.

"Kalau kita nggak bilang dia nggak akan tau." Sahut suara cewek yang kuyakini adalah Anya.

"Terus sampai kapan? Sekalinya lo nggak mau ngeluarin, sama aja lo nyiksa diri sendiri. Kalau dia tau dari mulut orang lain gimana?" Balas Ica dengan lirih, nyaris terdengar putus asa.

"Lo liat kejadian kemarin, kalau gue bilang gimana nanti sama Alda? Mereka juga udah pacaran."

Aku terpaku mendengar suara Anya yang menyebut-nyebut namaku. Ada apa denganku?

Kejadian kemarin sebelah mana? Dan kenapa Anya tidak mau menceritakannya? Banyak pertanyaan berkelelabat, namun tidak satupun dapat kujawab.

"Gue udah bilang dari dulu, kasih tau ke Alda."

"Terus habis itu apa? Minta dia berhenti, setelah dia nemuin alasannya buat bangkit? Gue nggak bisa, gue bisa nahan layaknya lo!" Kini, aku memutar kenop pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara.

Aku masih penasaran dengan ucapan mereka, selagi aku masih berusaha keluar dengan hati-hati, mereka masih tetap melanjutkan.

"Tapi, kita udah buat janji sama Alda kalau kita-" Ucapan Ica terpotong karena  Anya sudah menyela nya, "Gue tau, tapi ini bukan waktu yang tepat. Gue akan bilang, gue nggak bisa nyakitin Alda setelah Alda disakitin Aldi."

Aku berhenti sejenak, aku memang sudah berada di luar. Namun, masih belum juga beranjak menghampiri Anya dan Ica yang dari arah suaranya itu didepan wastafel.

Setelah aku kini Aldi? Oh, apa yang dimaksud adalah kejadian kemarin?

Aku sedikit melangkah kearah mereka, mereka memunggungiku dengan Anya yang menunduk dan merentangkan tangannya pada pinggiran keramik dan Ica yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menumpukan kedua sikunya pada ujung wastafel.

"Mana bisa gue jujur kalau gue suka Aldi, orang yang disayang sahabat gue." Lalu Anya mengangkat wajahnya dan menatap kearah cermin seketika dia membelalakkan matanya begitu terkejut melihat cermin itu memantulkan bayanganku yang tepat dibelakang mereka.

Mana bisa gue jujur kalau gue suka Aldi,

Mana bisa gue jujur kalau gue suka Aldi, orang yang disayang sahabat gue.

Aku juga sangat terkejut, pandanganku begitu kosong. Ica juga membuka wajahnya dan juga sangat terkejut sama seperti Anya setelah melihat diriku dibalik cermin itu.

Anya mendekatiku, namun aku memundurkan langkahku, "Alda gue-"

"Kapan waktu yang tepat itu, kapan lo mau terbuka sama gue Nya?" Aku menahan ucapanku sejenak menatap Anya dan Ica yang nampak shock di tempat.

Semu [Completed]Where stories live. Discover now