✨ Part 29

2K 179 10
                                    

Salahkah jika hati ini masih berharap lebih?
•••

Salahkah jika hati ini masih berharap lebih? •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi pelajar, libur adalah surga dunia. Bebas dari pelajaran yang membuat mereka harus berpikir keras. Mereka sangat berterima kasih pada siswa-siswi kelas XII yang akan mengikuti ujian sekolah.

Mereka bebas melakukan apa saja saat libur, bersenang-senang menikmati hari libur tanpa memikirkan pelajaran.

Tapi tidak dengan Tara, ia tetap harus belajar dan belajar. Harapan Orang tuanya yang menginginkan ia menjadi dokter harus Tara telan bulat-bulat.

Di kursi paling ujung, Tara menyandarkan kepalanya pada dinding. Matanya memperhatikan guru les yang menerangkan tentang obat.

Hembusan napas lelah Tara keluar, ia memejamkan matanya saat kepalanya terasa sakit. Tara menyalakan ponselnya, melihat jam yang tertera di layar.

Ia bernapas lega saat jam lesnya hanya beberapa menit lagi, dengan cepat Tara membereskan buku-buku yang ada di atas meja. Ingin rasanya Tara merebahkan diri pada kasur empuknya, melupakan kegiatan belajarnya sejenak.

Tara bersorak dalam hati saat guru yang mengajar sudah membereskan peralatan mengajarnya. Dengan cepat Tara keluar dari ruang kelasnya, berlari di koridor tempat lesnya menuju mobil yang sudah menunggunya sedari tadi.

Ia bernapas lega saat tubuhnya bisa ia sandarkan pada jok belakang, kedua telinganya ia tutup dengan earphone. Memejamkan matanya, menikmati lagu yang terputar di playlistnya.

"Langsung pulang ya Non," ucap sang supir.

Tara membuka matanya, ia menganggukan kepalanya tidak membantah. Mau tidak mau ia pasti akan langsung pulang, mamanya sangat melarang dirinya pergi ke mall saat pulang les.

Hujan mengguyur kota Jakarta malam itu, udara dingin mulai terasa di dalam mobil. Tara menatap jendela yang berembun, membuat pola abstrak pada jendela tersebut.

Sesampainya di rumah, Tara langsung berlari memasuki rumahnya. Menaiki anak tangga dengan keadaan baju yang sedikit basah karena hujan.

Menutup pintu kamar dan menguncinya, melempar tasnya asal. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Senyum tipis tercipta, mata terpejam menikmati dinginnya udara karena hujan.

Tring

Tara membuka matanya, dengan malas ia melangkahkan kakinya menuju sofa. Mengambil tasnya yang ia lempar asal, mencari ponselnya yang berbunyi.

Tara kembali melangkahkan kakinya menuju kasur, ia langsung merebahkan tubuhnya dengan tatapan ke layar ponsel.

Ia tersenyum saat mendapat pesan dari Rian, entah kenapa hatinya terasa tenang jika Rian sudah mengiriminya pesan.

[Bukan] Cinta Pertama Where stories live. Discover now