✨ Part 46

1.5K 147 7
                                    

Aku ingin kamu tidak mengucapkan kata-kata manis lagi. Aku takut... Jika hati ini masih lemah oleh tatapan itu. Aku takut hati ini kembali ingin berjuang, walaupun dalam keadaan sakit sekalipun.
•••

Hujan deras disertai angin kencang mengguyur kota Jakarta sedari siang, banyak murid-murid yang harus bertahan di sekolah karena hujan tak kunjung berhenti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan deras disertai angin kencang mengguyur kota Jakarta sedari siang, banyak murid-murid yang harus bertahan di sekolah karena hujan tak kunjung berhenti.

Cantika menatap ke luar jendela, masih banyak murid yang berlalu lalang di koridor sekolah.

"Ayo Tik, kita latihan di ruang musik aja. Sepi, gak akan ada yang ganggu."

Cantika mengangguk, ia melangkahkan kakinya mengikuti Davina menuju lantai dua. Di mana ruang musik berada.

Melangkah di koridor sekolah dengan pelan karena licin, kelas-kelas masih ada beberapa murid uang terjebak macet. Cantika berlari kecil, menyamai langkahnya dengan Devina.

"Nanti sebentar aja ya, gue dijemput sejam lagi."

Devina menganggukan kepalanya tanpa menoleh ke arah Cantika. Mereka menaiki undakan anak tangga, lalu berbelok ke arah kanan. Berjalan lurus hingga ujung.

Devina membuka pintu ruang musik dengan pelan, membuat Ambar dan Bunga langsung menoleh ke arah pintu.

"Langsung latihan yuk, biar gak kesorean." Bunga mengotak-atik speaker yang berada di ruang musik.

Cantika dan Devina menaruh tasnya di sebuah meja kecil dekat dengan drum.

"Barisannya sesuai abjad aja ya, Ambar sama gue di depan. Terus Cantika sama Devina di belakang." Bunga menatap teman satu persatu. "Gimana?"

"Hm."

"Terserahlah, ikut aja gue."

Cantika menganggukan kepalanya, "iya."

Mereka mulai menggerakkan tubuhnya sesuai irama, Cantika dan Devina mengikuti gerakan Ambar dan Bunga yang sudah hapal di luar kepala.

Jleb

"Sialan," umpat Devina.

Cantika langsung menyalakan Blitz pada ponselnya, menghembuskan napasnya pelan karena lampu padam.

"Kayanya kita gak ditakdirkan untuk latihan hari ini, besok latihan lagi aja."

Bunga mengangguk, "iya bener, besok kita latihan lagi." Ia melangkahkan kakinya untuk mengambil tas. "Ayo pulang."

Mereka keluar dari ruang musik, Bunga mengunci ruang musik kembali.

"Gue ke ruang guru dulu." Ia mengangkat kunci. "Mau balikin kunci. Dev, temenin yuk."

Devina menganggukan kepalanya, "ayo."

Devina dan Bunga melangkahkan kakinya menuju ruang guru.

Ambar menatap ke arah Cantika, "ayo Tik pulang."

[Bukan] Cinta Pertama Where stories live. Discover now