[COMPLETED]
Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir.
Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati.
Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...
Untuk kali ini, waktu tidak mengizinkan kita untuk bersama. Mungkin nanti, waktu akan memberikan kesempatan bagi kita untuk bersama. •••
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cantika duduk di depan kelas, menatap lalu lalang murid-murid yang melewati kelasnya. Di pangkuannya terdapat novel yang ia pinjam dari perpustakaan. Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone yang terhubung pada lagu diponselnya.
Bibirnya sesekali bersenandung mengikuti lirik yang didengar, sesekali ia menggerakkan kakinya karena terlalu menikmati lagu yang ia dengar.
Ia menoleh saat seseorang melepaskan salah satu earphonenya, ia menatap Putra dengan kesal, "ganggu deh."
Putra mendudukan dirinya di samping Cantika, menyandarkan tubuhnya pada dinding. Matanya menatap ke arah lapangan bola yang terlihat ramai.
"Lo gak ada niatan mau ketemu sama Rian?"
"Hm... Mau sih. Tapi ragu." Cantika menghela napas, ia ikut menyandarkan tubuhnya pada dinding.
Putra mengulurkan sebuah surat berwarna biru muda pada Cantika, "lagi."
Cantika menerima surat tersebut dengan bingung, "dari Rian lagi?"
"Hm." Putra menganggukan kepalanya, ia beranjak. "Gue ke kelas dulu." Putra melangkahkan kakinya memasuki kelas, meninggalkan Cantika yang menatap surat tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.
Dengan perlahan Cantika membuka surat tersebut, membaca satu kalimat yang tertulis di dalam surat.
Gue tunggu di taman pulang sekolah :)
Rian
Cantika menghembuskan napasnya pelan, ia melipat kembali surat tersebut. Melangkahkan kakinya memasuki kelas karena merasa bosan.
Ambar melirik ke arah Cantika, menatap sesuatu yang berada di tangan Cantika, "surat lagi?"
Cantika menatap surat yang berada di tangannya, menganggukan kepalanya pelan menjawab pertanyaan Ambar.
"Apa isinya?"
"Ketemuan."
"Kapan?"
"Pulang sekolah."
Ambar menganggukan kepalanya, "butuh teman?"
"Gak." Cantika menganggukan kepalanya. "Gue bisa menyelesaikan ini sendiri."
"Jangan pakai perasaan ya, bahaya. Nanti gak bisa move on lagi."