✨ Part 45

1.5K 146 6
                                    

Aku tahu harus menjawab apa, dan aku tidak akan merubah jawabanku ini. Aku tidak mau masuk pada lubang yang sama, karena hati ini sudah terlalu sakit karena kamu.
•••

"Ck

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Ck." Cantika melirik ke arah Nabila yang berdecak kesal.

Nabila meremas kertas berwarna merah muda yang berada di tangannya, "gak usah dijawab, orang kaya dia biarin aja."

Kertas tersebut direbut paksa oleh Nita, ia membuka dan membacanya. Melipat kertas tersebut dan memberikannya pada Cantika.

"Lo harus bener-bener cari jawaban yang pas, untuk kebaikan hati lo nanti."

Nabila menatap malas Nita, "gak usah dijawab, biarin dia tau rasa. Berani ngomong suka ke Cantika, tapi deket sama Dewata."

"Dewita Nab." Nita menatap malas Nabila.

"Suka-suka dong!! Itu panggilan kesayangan gue buat korban terbaru Rian."

Nita menggelengkan kepalanya, "terserah lah."

Nabila memicingkan matanya ke arah Cantika, "upacara tadi dia ngomong apa aja sama lo. Cepet jawab."

Cantika mendengus, "biasa."

"Biasa apa?!"

"Dia minta jawabannya."

"Dan lo jawab?!"

Cantika menggelengkan kepalanya, "gak, gue masih ragu."

"Bagus." Nabila menganggukan kepalanya. "Jangan terima orang kaya dia, gak setia. Makan hati mulu, nanti yang ada bukannya bahagia malah nyesek."

"Hm." Cantika berdehem dengan malas.

"Gue di sini ya, tempat lain penuh. Berbagi sama kita, jangan pelit-pelit. Ini bukan meja punya lo, dan yang terpenting ini bukan kantin punya Nenek moyang lo." Alvin langsung duduk di samping Cantika, disusul Putra yang duduk di sebelah kiri Alvin.

Nabila mendengus, "lo lagi lo lagi, bosen gue liatnya."

Alvin menatap sinis Nabila, "untung gue gak sekelas lagi sama lo, gue juga bosen sama lo."

"Kalian berdua doang?" Nita menatap Alvin dan Putra bergantian.

"Emang mau sama siapa lagi?!"

"Mereka kan homo." Nabila tertawa sinis, matanya menatap Putra dan Alvin bergantian dengan tatapan permusuhan.

Putra dan Alvin langsung menatap tajam Nabila yang tertawa.

[Bukan] Cinta Pertama Où les histoires vivent. Découvrez maintenant