[COMPLETED]
Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir.
Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati.
Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...
Davina mengangguk, "iya, padahal gue bosen sekelas sama lo."
Cantika mendengus, "gak usah duduk sama gue."
"Ya elah, baper amat sih." Davina menarik lengan Cantika untuk duduk. Ia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Cantika. "Lo tau darimana kalau kelas lo mipa3?!"
"Nabila."
Davina menganggukan kepalanya, "rajin amat dia." Ia mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Nabila di kelas mana?"
Davina meenatap ke arah Cantika, tangannya sibuk merapikan rambutnya yang berantakan, "samping."
"Mipa4?"
"Hm." Davina menganggukan kepalanya. "Nita juga."
Cantika menganggukan kepalanya, ia menatap ke arah Putra dan Alvin yang memasuki kelas.
Ia menatap ke arah Davina, "kita sekelas lagi sama mereka berdua?" tunjuknya ke arah Putra dan Alvin.
Davina menatap ke arah Putra dan Alvin, ia menganggukan kepalanya, "padahal setiap pagi, siang, sore, malem. Gue berdoa biar gak sekelas sama mereka lagi, doa gue gak terkabul."
"Lah kita sekelas lagi?!" Alvin menggelengkan kepalanya saat melihat Cantika dan Davina, ia menatap ke arah Putra. "Put, sekelas lagi kita sama mereka."
Alvin menatap ke arah Davina dan Cantika, "padahal diriku bosan sekelas sama kalian, apalagi Davina."
Davina memelototkan matanya, "gue apalagi!! Pokoknya lo harus jaga jarak aman dari gue!! Bisa-bisa gue kena rabies dua tahun sekelas sama lo!!"
"Bilang aja lo gak mau terpisahkan dari gue." Alvin melangkahkan kakinya menuju meja paling belakang. "Put duduk sama gue, gue dipojokan."