✨ Part 43

1.5K 147 9
                                    

Aku ragu dengan keseriusan yang kamu punya, aku tidak mau gegabah. Karena jika aku langsung menjawabnya, aku takut perasaanku tidak baik-baik saja.
•••

Devina menyikut lengan Cantika, "dua orang lagi siapa? Masa kita berdua doang narinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Devina menyikut lengan Cantika, "dua orang lagi siapa? Masa kita berdua doang narinya. Gak banget."

Cantika mendengus, ia membalikkan tubuhnya ke arah dua temannya yang duduk di belakang, "kalian sama kita ya, jadi pas. Berempat."

"Gak boleh ada penolakan, pokoknya kita berempat."

"Iya."

Cantika tersenyum tipis, "jadi pas kan? Gue, lo, Ambar sama Bunga."

"Hm." Devina menganggukan kepalanya, ia memberikan kertas lembar pada Cantika. "Tulis nama kelompok, sesuai abjad."

Cantika menerima kertas tersebut, ia mulai menuliskan nama-nama kelompok untuk praktik seni tari nanti.

"Temenin ke toilet yuk, si Bunga gak mau temenin gue." Ambar menatap ke arah Cantika dan Devina bergantian.

"Ogah." Devina membalikkan tubuhnya seraya sibuk memainkan game pada ponselnya.

Cantika memberikan kertas lembar berisi nama kelompok pada ketua kelas, ia menatap ke arah Ambar yang menatapnya dengan memohon.

"Temenin," cicitnya.

Cantika menganggukan kepalanya, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu keluar dari kelas. Ambar berlari menyamai langkah Cantika yang terkesan cepat.

"Gue yang kebelet kenapa lo yang jalannya cepet!!" Ambar mendengus kesal. "Pelan-pelan, kamar mandinya juga gak akan lari."

Cantika menghembuskan napasnya pelan, ia memelankan langkahnya agar tidak mendapat protesan dari Ambar.

"Hm...." Ambar memicingkan matanya. "Itu manusia playboy ngapain ya sama Dewita."

Cantika mengikuti ke arah yang dilihat oleh Ambar, ia terdiam saat melihat Rian dan Ambar yang sedang bercanda ria.

"Mereka pacaran?" Cantika tidak tahu apakah suaranya terdengar atau tidak, ia bisa melihat jika Ambar menatapnya dengan tatapan curiga.

"Kenapa? Suara lo kok agak beda."

Cantika mengedikkan bahunya, "perasaan lo kali, gue merasa suara gue gak berubah kok."

Ambar menganggukan kepalanya, "iya mungkin." Ia menarik lengan Cantika. "Ayo, kebelet nih."

Mereka berdua melangkahkan kakinya melewati Rian dan Dewita. Cantika membuang wajahnya ke arah kanan, tidak berani menunjukan wajahnya pada Rian saat ini.

[Bukan] Cinta Pertama Where stories live. Discover now