✨ Part 42

1.5K 153 8
                                    

Hati ini kembali sakit, ia sudah tidak percaya dengan yang namanya cinta. Ia sudah lelah, tapi ia tidak mau berhenti. Hati ini masih ingin mengharapkan kamu, padahal jelas-jelas kamu kembali menjauh.
•••

"Dia gak jelasin apa-apa ke lo?! Tentang hubungan kalian selanjutnya?! Jadi perasaan lo digantung kaya jemuran Nyokap gue?!" Nabila menggelengkan kepalanya prihatin ke arah Cantika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia gak jelasin apa-apa ke lo?! Tentang hubungan kalian selanjutnya?! Jadi perasaan lo digantung kaya jemuran Nyokap gue?!" Nabila menggelengkan kepalanya prihatin ke arah Cantika. "Miris nasib kisah lo, seharusnya lo ikutin apa kata gue. Lo minta penjelasan ke dia, dia itu maunya apa. Jangan main asal bilang suka tapi gak jelas ujungnya mau dibawa kemana."

Cantika menghembuskan napasnya pelan, "mungkin... Dia gak mau pacaran dulu. Kita ini udah kelas duabelas. Fokus ujian dulu, baru pacaran."

Nabila mendengus, "basi, sebentar lagi itu akan ada pasangan yang putus dengan alasan mau fokus ujian. Tapi beberapa Minggu setelah putus udah dapet yang baru." Nabila tertawa sinis. "Generasi micin."

"Coba lo tanya ke Putra sama Alvin, mungkin mereka tau sesuatu. Bisa aja Rian cerita ke mereka berdua, kan mereka sering bertiga tuh," usul Nita.

Cantika menatap Nita, ia menggelengkan kepalanya, "gak ah, buat apa."

"Lo nya gak ada usahanya banget sih!! Kalau Rian tau lo niat gak niat balas perasaan dia gimana?! Pasti dia mikir yang iya-iya. Lagian kemaren gue dengan baik hati meninggalkan kalian berdua, siapa tau bisa bicara sepuasnya tentang status kalian. Eh malah bahas yang lain." Nabila mendengus dengan sikap Cantika yang tidak ada kemajuan.

"Ya terus gue harus gimana Bil?!"

"Minta kejelasan, lo bilang ke Rian hubungan lo sama dia itu selanjutnya gimana?! Pacaran atau gak. Beres."

Cantika mendengus, "ngomongnya enak banget ya, gak segampang itu. Malu-maluin."

"Tapi ya Tik..." Nita berdehem, ia memajukan sedikit tubuhnya ke arah Cantika. "Yang gue tau, dia lagi deket sama Adik kelas."

Nabila membelalakan matanya, "serius?! Wah playboy dasar!! Baru ngomong suka sama temen gue, eh sekarang udah deket sama cewe lain aja!" Ia menatap ke arah Cantika yang terdiam. "Lo harus maju sekarang!! Jangan kalah!! Jangan sampai kena tikungan tajam si Adik kelas bau kencur itu."

Cantika menghela napas, "ya udahlah, mungkin perasaan Rian ke gue hanya sekedar suka. Gak lebih."

Nabila menatap Cantika gemas, "Tik lo harus ada usahanya juga. Jangan Rian terus yang usaha, ayo dong. Gue bakal bantuin lo, gue akan selalu di belakang lo."

Nita menganggukan kepalanya, "dicoba juga gak salah sih, ya basa-basi ajalah."

"Dia itu orangnya gak peka nomor satu di SMA kita, kalau lo gak ngomong apa-apa sama dia..." Nabila menggelengkan kepalanya. "Nasib kisah lo tragis."

[Bukan] Cinta Pertama Where stories live. Discover now