2 - Again

391K 20K 373
                                    

"Siapa yang suruh kamu buat nolongin dia?" tanya Aria menyentak Bella. Bella terdiam tak menjawab.

"Pokoknya kamu harus penuhin semuanya sendiri! Emang susah ya Challenge kaya gitu doang?" bentak Aria. Alea mengangguk mengerti.

"Iya, nanti saya cari wakil kakak sendiri kok," jawab Alea, Aria menatapnya sinis lalu kembali ke depan. Alea menghela nafas sejenak.

"Pokoknya Wakil Ketua OSIS kita itu namanya-" ujar Bella terpotong.

"Gue bisa cari dia sendiri kok," potong Alea.

"Darimana lo bisa tau? Dari pada nanti Aria marah-marah sama lo kalo lusa lo belom bisa dapet tanda tangan dari wakilnya!" dumel Bella. Alea terkekeh kecil.

"Dia itu kadang masuk kadang nggak, bukannya dia demen bolos. Tapi sibuk dispen acara ini itu, lo bakal susah nemuin dia! Kalo moodnya lagi ancur apalagi, minta ditonjok!"

"Lo baik banget, gue pasti bisa sendiri," Bella mengangguk pasrah.

0o0

Cinta tahu bagaimana cara memaafkan, tetapi tidak untuk melupakan sakit ketika dikecewakan.

"Alea siapa sih? Gue nggak kenal, gue nggak pernah kenal. Ngaku-ngaku aja kali dia," kata-kata itu masih teringat jelas di memori Alea. Hatinya selalu terasa panas ketika ia mengingatnya.

Ia ingat betul, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tak mungkin jadi miliknya. Bagaimana rasanya mencintai seutuhnya, namun dikecewakan seutuhnya juga. Bagaimana rasanya pernah sedekat nadi, dan menjadi sejauh matahari. Bagaimana pernah merasa disayang, namun kenyataannya dianggap pun tidak.

Kata-kata itu menyayat hatinya dibanding apapun. Bahkan Alea masih bisa tersenyum dan ikut bahagia ketika ia bersama gadis lain. Bagaimana ia selalu menunggu, namun diabaikan. Bagaimana ia mengorbankan banyak hal, namun berujung sia-sia.

"Gue serius. Katanya lo pernah deket sama dia, masa sih nggak kenal?"

"Gue nggak kenal, kenapa sih lo nggak percaya?"

1 hari berlalu, namun Alea tak kunjung menemui Wakil Ketua OSIS SMA Gempita. Padahal, Alea sudah mencari kemanapun tempat yang memungkinkan ada tanda tangan wakil ketua. Nge-stalk instagram OSIS Gempita untuk mengecek formatur. Tapi percuma, sepertinya semuanya sudah dirancang dengan baik oleh Aria dan rekan-rekannya.

Alea harus menyerahkan kepada Aria besok. Namun, sepertinya mustahil baginya untuk melengkapinya hari ini. Baru juga Wakil Ketua, belum Ketua Koordinasi.

Alea menghela nafas sejenak. Ia mengotak-atik handphonenya sedari tadi. Tadi pagi, Alea terburu-buru sehingga ia langsung memesan ojek online. Kini ia ingin memesannya lagi, tetapi jaringan wifi disekolahnya tiba-tiba hilang, kuota internetnya juga mendadak habis.

Alea terpaksa keluar dari koridor sekolah dan mencari angkutan umum. Ia menunggu angkutan umum itu datang, namun nyatanya tidak ada yang datang. Apa karena sudah terlalu sore?

Alea mencoba berjalan, mungkin saja angkutan itu akan datang. Namun tiba-tiba, BRAK!!!! Motor dengan kecepatan kencang tak sengaja menyerempet kakinya sehingga ia terjatuh dan terhantam trotoar disampingnya. Padahal Alea merasa sudah berjalan di pinggir.

"Aah!" Alea memegangi kakinya yang berdarah. Orang itu melepas helm-nya dan turun dari motor.

"Hati-hati dong kalo bawa motor! Gimana sih?" dumel Alea seraya memegangi kakinya. Alea mendongak. Alea menatap orang itu lekat, bola matanya penuh membulat kearahnya.

"Dia lagi?" Debaran di jantungnya masih sama. Desiran hangat di dadanya juga masih terasa.

"Lo?" Lelaki itu mengerutkan dahinya.

"Maaf. Maaf banget, gue bawa motornya ngantuk," ujar lelaki itu. Alea menatap wajahnya yang memang sudah lesu dan tampak mengantuk, namun nyatanya itu malah menambah ketampanannya.

"Tapi lo bisa nggak sih nggak usah minggir-minggir? Kalo yang lo tabrak anak kecil gimana? Kan bahaya!" dumel Alea lagi. Lelaki itu mengangguk.

"Iya, gue minta maaf,"

"Lo mau ke dokter?" tanya lelaki itu. Alea menggelengkan kepalanya.

"Tapi kaki lo parah,"

"Nggak, gue nggak papa," tepis Alea.

"Coba gerakin!" pinta lelaki itu seraya sedikit mengangkat kaki Alea.

Alea meringis kesakitan karena itu. "Aah sakit! Gila lo ya?"

"Kalo kaki lo nggak kenapa-napa ya nggak bakal sakit, kaki lo itu parah lukanya," jelas lelaki itu.

"Kalo lo nggak mau ke dokter. Gue harus anter lo pulang! Biar gue obatin kaki lo!" Suruh lelaki itu. Namun Alea masih menatap lekat mata lelaki itu, mengapa ia sangat mirip dengannya? Ia sangat baik, namun dekat-dekat dengannya selalu mengingatkan Alea pada rasa sakit yang harusnya ia lupakan.

"Gue bisa jalan sendiri!" Alea beranjak berdiri, namun nyatanya ia hampir terjatuh lagi. Tetapi lelaki itu menahan tangannya.

"Lo nggak usah sok kuat! Ayo gue anterin balik! Gue nggak mau lo bilang gue tabrak lari ya!" Lelaki itu memaksa.

"Udah gue bilang kan-" ujar Alea terpotong. Lelaki itu langsung membopong tubuh Alea keatas motornya.

"EH APA-APAAN LO?!"

_________________________________________

Waduh kemaren kepentok gitar sekarang keserempet😂 kira-kira Alea bisa nggak ya dapetin tanda tangan waketos gempita? Maaf tambah absurd, jangan bosen baca! :)

Alya Ranti

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang