33 - Deeper

242K 13.5K 1K
                                    

"Eh?" Alea melepas tangannya pada lingkaran pinggang Revo.

"Nyokap gue kambuh lagi, daritadi udah ditenangin suster tapi nggak bisa. Dia cuma mau ketemu lo katanya," ujar Revo. Alea mengangguk mengerti, ia melihat disekitarnya. Ia sekarang sedang di rumah sakit jiwa Bunga Harapan.

"Makanya dari tadi gue nyari lo," lanjut Revo. Alea mengangguk.

"Maaf ya, Rev," ujar Alea meminta maaf. Ia jadi merasa bersalah, tapi memang jika sudah tentang ibunya. Nyawanya pun dinomor duakan.

"Ayo." Revo menarik tangan Alea kedalam. Tatapan lelaki itu selalu berubah jika memasuki daerah ini. Alea tau apa yang Revo rasakan saat ini, Alea memang tidak pernah merasakan apa yang Revo rasakan. Tapi Alea mengerti, sangat mengerti.

Langkah mereka terhenti ketika mendengar suara yang menggelegar di rumah sakit ini. Wajah Revo berubah menjadi sangat geram.

"Revoku dimana?!"

"Revo..."

"Kamu sembunyikan dimana Revoku?

"Ini semua karena kamu."

"Aku kangen Revo."

"Dimana dia?" suara Catherine semakin membuat hati Revo sakit.

Revo selalu disini, buat mama. Revo sayang mama. Batin Revo lirih, ingin rasanya ia memeluk ibunya sekarang. Namun yang ibunya tahu, Revo sekarang masih kecil. Ia tidak akan mengingat Revo sekarang.

"Ini semua karena kamu, Gerald!" Catherine mendorong tubuh suaminya dengan keras. Sehingga pria itu tak bisa menerimanya.

"Catherine!" bentak Gerald lalu mengangkat tangannya untuk menampar pipi Catherine. Namun dengan sigap Revo menahan tangan kokoh itu.

"Maaf pak, bisa saya minta waktu bapak untuk berbicara sebentar?" tanya Revo tegas, sangat penuh penekanan. Gerald mengikuti langkah putranya yang sudah berjalan duluan.

"Lo jaga nyokap gue ya, tolong," pinta Revo lalu kembali berjalan. Alea hanya mengangguk.

"Putri cantik, tolongin aku." Catherine memeluk erat tubuh Alea. Alea hanya tersenyum seraya mengelus rambut panjang wanita itu.

"Aku takut Putri Cantik, dia udah rebut Revoku," lanjutnya.

"Revo bakal tetep jadi milik tante, nggak ada yang bisa rebut Revo. Kan aku yang jagain dia," ujar Alea menenangkan. Catherine tersenyum tenang.

"Kapan aku bisa ketemu Revo, Putri Cantik? Aku sadar aku nggak bisa bahagiain Revo. Aku nggak mau Revo benci sama aku, aku sayang dia." ucapan Catherine sangat menohok hati Alea. Kini Alea tahu, bagaimana beruntungnya dia memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya.

"Revo selalu sayang tante." Alea terus mengelus rambut Catherine.

Sedangkan diluar sana, sepertinya ada perbicangan serius.

"Rev," ujar Gerald seraya menyentuh bahunya, namun Revo menepisnya.

"Maaf pak, untuk apa lagi ya bapak datang kesini? Bapak belum puas liat ibu saya menderita?" bentak Revo dengan mata yang membulat penuh. Revo berbicara seakan tidak mengenal siapa yang ada didepannya.

"Papa ini tetap papa kamu, Revo. Ngomong yang sopan," ujar Gerald. Revo tertawa sinis.

"Memangnya ucapan saya kurang sopan atau bagaimana?" tanya Revo seraya tertawa tengil.

"Kenapa kerjaan kamu ngelawan papa terus, Revo?! Tidak seperti adik kamu yang penurut!" lagi-lagi Gerald membanding-bandingkan Revo dengan adiknya.

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang